Krisis Layanan Dasar di Dunia Muslim

Oleh Aisha Al-Zaatari – Tanah Suci Palestina
Salah satu masalah mendesak yang dihadapi Dunia Muslim adalah krisis penyediaan layanan dasar, seperti air, bahan bakar, listrik, infrastruktur, utilitas publik, layanan kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Krisis ini semakin parah dan sulit diatasi.
Menarik dicatat, meskipun krisis ini memburuk dan pemerintah tidak mampu, tidak mau, atau lalai menanganinya, Dunia Muslim sebenarnya kaya akan sumber daya dan kekayaan. Tidak ada negara Muslim yang kekurangan sumber daya, namun hampir semua negara tetap mengalami krisis layanan dasar, meski memiliki sumber daya berlimpah. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini bukan karena kekurangan riil sumber daya, melainkan akibat faktor lain.
Secara global, krisis juga merupakan fenomena universal, bukan hanya dialami Dunia Muslim. Ini terkait dengan dominan kapitalisme global, yang memang melekat dengan sifat krisis sebagai konsekuensi ideologinya. Kapitalis bahkan secara sengaja menciptakan krisis sebagai alat kolonial untuk mencapai kepentingan politik, ekonomi, dan lainnya. Misalnya, dalam politik, mereka menerapkan strategi “chaos kreatif” untuk mengacaukan stabilitas negara demi kepentingan mereka.
Meskipun krisis layanan dasar terkait kebijakan domestik, sering kali juga terkait kebijakan luar negeri, seperti pengelolaan sungai lintas negara. Kolonialis memanfaatkan hukum internasional dan organisasi internasional untuk campur tangan dalam urusan domestik, termasuk lembaga PBB yang mengklaim menangani pangan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Namun, lembaga-lembaga ini tidak memberikan solusi nyata, melainkan menjadi sarana untuk menyebarkan agenda kolonial.
Organisasi seperti IMF dan Bank Dunia memiliki wewenang untuk memaksa negara menerima kebijakan tertentu ketika menerima pinjaman. Misalnya, Mesir sebagai peminjam terbesar di dunia Arab dan Islam, tetap mengalami krisis ekonomi meski bergantung pada IMF. Kondisi yang dipaksakan, seperti pelepasan nilai tukar pound Mesir, pencabutan subsidi, kenaikan harga, pajak, dan privatisasi, justru memperburuk inflasi dan krisis ekonomi.
Kolonialis juga membuat kesepakatan terkait sumber daya, seperti perjanjian air atau industri, yang mengintervensi urusan domestik negara. Hal ini memperparah krisis layanan dasar di seluruh dunia, tetapi dampaknya paling berat dirasakan oleh negara-negara Muslim.
Selain pengaruh kolonial, penyebab lain krisis di Dunia Muslim adalah buruknya pengelolaan pemerintah terhadap sumber daya dan manusia, serta penerapan sistem kufur, bukan sistem Islam yang menuntut penguasa mengurus rakyat dengan adil. Khalifah Umar ibn al-Khattab (ra) bahkan bersabda pada hari pengangkatannya:
«لو تعثرت بغلة في العراق لخشيت أن يسألني الله عنها يوم القيامة: لم لم تمهد لها الطريق يا عمر؟»
“Jika seekor keledai tersandung di Irak, aku takut Allah akan menanyakanku di Hari Pembalasan: Mengapa kau tidak memudahkan jalannya, Umar?”
Selain itu, penguasa pengkhianat menyerahkan tanah Muslim kepada Barat, memperparah krisis agar rakyat teralihkan dari perubahan dan pemulihan kekuasaan umat.
Padahal, jika diteliti, negara-negara Muslim sangat kaya akan sumber daya, termasuk air permukaan dan air tanah. Contoh: Mesir dan Sudan yang mengalir di sepanjang Sungai Nil tetap kekurangan air minum akibat Grand Ethiopian Renaissance Dam dan polusi sungai yang tidak ditangani pemerintah. Irak juga menghadapi krisis air karena korupsi administrasi dan penurunan debit sungai akibat bendungan di Turki. Sementara negara kekurangan air permukaan, seperti Saudi Arabia, Aljazair, dan Yordania, masih kaya akan air tanah dan dapat menggunakan teknologi desalinasi.
Selain itu, potensi manusia di Dunia Muslim sangat besar—masyarakat muda, ingin belajar dan bekerja—tetapi terbuang sia-sia akibat kurangnya dukungan pemerintah, sistem pendidikan, dan peluang kerja. Misalnya, krisis sampah di Lebanon dapat diatasi dengan teknologi industri modern, sementara negara maju memanfaatkan sampah untuk energi. Krisis pangan juga dapat diatasi dengan pengelolaan hewan dan pertanian yang baik, namun masyarakat Muslim tetap menderita kelaparan.
Kesimpulan: Krisis layanan dasar di Dunia Muslim bukan karena kekurangan sumber daya, melainkan karena sistem pemerintahan yang tunduk pada kolonialisme dan kelalaian penguasa. Solusi sejati adalah mendirikan negara Islam, yang mampu menyediakan kehidupan layak bagi rakyat, bahkan saat bencana alam, melalui sistem ekonomi dan pengelolaan syariah yang adil.
Sumber: Al Waie Magazine, Edisi No. 470 – Rabi’ al-Awwal 1447 H / September 2025
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat