Mediaumat.info – Sumber dana program makan siang gratis yang dijanjikan capres Prabowo Subianto yang usai pencoblosan barulah disebut dananya diambil dari memangkas subsidi BBM dinilai Direktur Siyasah Institute Iwan Januar sebagai bagian dari kontestasi politik demokrasi yang penuh trik membeli kucing dalam karung.
“Inilah kontestasi politik ala demokrasi, penuh trik membeli kucing dalam karung,” ujarnya kepada media-umat.info, Sabtu (17/2/2024).
Artinya, ungkapan ini ia munculkan sebagai pengingat kepada pembeli agar berhati-hati dalam membeli sesuatu, dalam hal ini memilih seorang pemimpin. Jangan hanya pasrah kepada si penjual. Perlu diteliti kembali apakah yang di dalam karung benar-benar kucing atau bukan.
Bahkan untuk memilih dan menetukan pemimpin ‘hebat’, paling tidak umat memakai asas membuat berita yakni 5W+1H. Yaitu singkatan dari ‘what, who, when, where, why, how’ atau ‘apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana’. Semua unsur inilah yang harus terkandung dalam menentukan pilihan tepat yang akan mampu mendatangkan kebaikan.
Adalah sebelumnya, Wakil Ketua Tim Kampanye Prabowo-Gibran Eddy Soeparno mengatakan, jika benar-benar terpilih di Pilpres 2024 ini, pemerintahan Prabowo dapat menyesuaikan dana subsidi energi selama dua hingga tiga bulan ke depan, setelah menjabat pada Oktober mendatang.
Salah satunya untuk merealisasikan program makan siang dan susu gratis. “Kami juga akan menemukannya (biaya program Prabowo) dengan mengurangi subsidi, subsidi yang tidak perlu,” kata Eddy dalam wawancara di Bloomberg Television, Kamis (15/2).
“Saat ini kita sedang melihat subsidi energi sebesar Rp350 triliun di mana 80 persen ditargetkan untuk mereka yang tidak memenuhi syarat untuk menerima subsidi. Sehingga kami akan menyesuaikan jumlah subsidi dari subsidi yang sebenarnya,” sambungnya.
Untuk diketahui bersama, Prabowo memang tidak pernah bicara pada publik saat kampanye kalau anggaran makan siang gratis berasal dari memotong subsidi BBM.
Kendati demikian, ulas Iwan, paslon lain juga minim memberikan rincian program mereka, sehingga publik sebenarnya tidak tahu persis bagaimana para capres itu mewujudkan janji mereka nantinya.
Kata Iwan, dengan memangkas subsidi BBM bakal memicu inflasi besar, berikut lonjakan harga bahan pangan karena distribusinya butuh transportasi yang notabene bergantung pada BBM.
“Kenaikan BBM bisa timbulkan efek domino pada berbagai komoditi di masyarakat, sebabnya transportasi bergantung pada BBM,” jelasnya.
Diskriminatif
Pun demikian terkait subsidi tak tepat sasaran atau hanya dinikmati kalangan mampu, sehingga perlu dipangkas, dinilai sebagai tindakan diskriminatif.
Sebab, menurutnya, BBM adalah hak semua warga negara.
“BBM itu hak semua rakyat terutama untuk transportasi, karena diperoleh dari sumber daya alam negeri ini,” ucap Iwan, yang berarti orang kaya pun berhak mendapatkannya juga.
Pasalnya, orang kaya pun membayar pajak. Lebih dari itu, di antara mereka juga tak sedikit yang membutuhkan BBM untuk keperluan usaha.
Dengan kata lain, tindakan pemerintah memangkas subsidi BBM bakal menjadikan kondisi rakyat bertambah susah.
“Apa artinya dapat makan siang gratis, tapi isi dompet makin boncos karena kenaikan BBM,” lontarnya.
Karena itu pula, kata Iwan, Prabowo seharusnya malu. Apalagi, seperti dilansir tempo.co_ (12/1), proyek lumbung pangan atau food estate dengan gagasan sentra singkong di sejumlah daerah gagal total.
Padahal, pungkas Iwan, tujuan program ini adalah untuk menciptakan ketahanan pangan nasional. Namun faktanya proyek bernilai triliunan rupiah ini gagal terwujud. [] Zainul Krian