Kiai Labib: Ada Ajaran Islam yang Hanya Bisa Dijalankan oleh Negara

MediaUmat Ulama KH Rokhmat S Labib menyatakan Islam tak hanya mengajarkan perkara bersifat individu tetapi juga menekankan perkara-perkara yang tidak bisa dijalankan kecuali oleh negara.

“Islam tidak hanya mengajarkan perkara-perkara yang sifatnya individual, tetapi juga perkara-perkara yang tidak bisa dijalankan kecuali oleh negara,” ujarnya dalam Pidato Politik, Live Event Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H: Satu Risalah, Satu Umat, Satu Tujuan, Sabtu (27/9/2025) di One Ummah TV.

Dalam hal ini, sambungnya, setelah kurang lebih 13 tahun diangkat oleh Allah SWT sebagai nabi dan rasul, Muhammad SAW juga ditetapkan sebagai uswatun hasanah dalam hal mengepalai suatu negara berikut sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, pendidikan hingga kesehatan Islam menyeluruh di dalamnya.

“Beliau (SAW) menjadi contoh bagaimana menjadi kepala negara, bagaimana memutuskan berbagai macam perkara, bagaimana beliau berhubungan dengan negara-negara lain, memutuskan damai, memutuskan perang, dan seterusnya,” ungkap Kiai Labib.

Tak ayal, sebagaimana perintah Allah SWT di dalam QS At-Taubah: 33 yang artinya, “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai,” lahirlah kemudian umat berakidah Islam yang tak sekadar berkutat dengan perkara akhirat tetapi juga mengatur berbagai macam perkara dalam bernegara.

Tak hanya berhasil melahirkan umat yang satu, dakwah 13 tahun di Makkah juga sukses menegakkan sebuah negara yang Beliau SAW sendiri didapuk menjadi kepala negaranya.

Pasalnya, untuk memudahkan menjalankan misi Allah SWT yakni memenangkan Islam atas semua agama, memang dibutuhkan sebuah institusi politik berupa negara berikut kekuasaan dan kekuatan melekat di dalamnya.

Namun, selain menggunakan argumentasi (hujjah) yang kuat, kata Kiai Labib mengutip pendapat para ulama, untuk memenangkan agama di sini juga membutuhkan aktivitas jihad fisabilillah.

Kebutuhan Mendesak

Karena itu, tegas Kiai Labib, menegakkan kembali kekhilafahan Islam untuk menyatukan dan memelihara umat menjadi kebutuhan mendesak umat, terlebih pasca keruntuhannya pada 1924 M.

Tengoklah nestapa warga di Gaza, Palestina, dan di negeri-negeri minoritas muslim lainnya yang seakan tak berkesudahan meski bermacam resolusi disodorkan oleh berbagai macam organisasi dunia, mulai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga organisasi kerja sama Islam (OKI).

 

Celakanya, solusi dua negaralah yang justru ditawarkan oleh para penguasa negeri Muslim. Padahal, ibarat perampok yang sebelumnya merampas tanah kaum Muslim untuk ditinggali, para penguasa negeri muslim justru akan mengakui perampok dimaksud (baca: Israel) sebagai negara berdaulat.

“Bagaimana mungkin penjajah yang merampok, merampas tanah kaum Muslimin justru akan diakui sebagai negara?” lontar Kiai Labib tak habis pikir.

Maka ia pun berharap umat tak hanya mengingat jumlah dua miliar jiwa umat Islam di seluruh dunia, tetapi sesungguhnya beliau SAW telah mewariskan sebuah negara khas yang memiliki pilar-pilar sangat berbeda dari seluruh negara yang pernah ada.

Maksudnya, pesan penting dari peringatan Maulid Nabi SAW adalah betapa umat Islam berkewajiban mengembalikan dengan menegakkan kembali institusi politik khilafah sebagaimana pernah didirikan Beliau SAW.

“Kita semua mempunyai kewajiban sejarah untuk mengembalikannya, Allahu Akbar!” tegasnya.

Dalam acara yang diselingi pemutaran video sejarah Islam dan puisi tentang Palestina, hadir pula pembicara lainnya yakni Ulama KH Hafidz Abdurrahman; Sejarawan Nicko Pandawa, dan Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY).[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: