Kesenjangan Ekonomi yang Tajam dalam Strategi Trump: Berjudi di Tepi Jurang yang Curam

 Kesenjangan Ekonomi yang Tajam dalam Strategi Trump: Berjudi di Tepi Jurang yang Curam

Sektor ekonomi tengah menyaksikan kesenjangan yang tajam terkait strategi ekonomi Presiden AS Donald Trump, bukan karena kurangnya rencana yang jelas, seperti yang dinarasikan, namun karena pendekatannya yang tidak konvensional, tidak dapat diprediksi, dan mengandung risiko yang signifikan.

Strategi ini menyerupai perjudian berisiko tinggi, mirip dengan taktik ekonomi yang penuh risiko, di mana masing-masing pihak menunggu pihak lain mengalah. Hal ini terbukti selama perang dagang AS–China, di mana pemerintahan Trump mengenakan tarif yang mencapai 145% terhadap impor China, yang mendorong China untuk membalas dengan tarif setinggi 125% terhadap komoditas Amerika.

Tidak seperti kebijakan ekonomi tradisional yang menekankan stabilitas pasar dan kerja sama internasional. Pendekatan Trump ini berdasarkan pada tindakan agresif dan tidak direncanakan, termasuk tarif kejutan, ancaman gangguan rantai pasokan, dan upaya mengembalikan industri ke dalam negeri Amerika tanpa mengatasi masalah struktural jangka panjang. Meskipun langkah-langkah ini mungkin menghasilkan keuntungan politik jangka pendek—seperti yang dijelaskan Trump—langkah-langkah ini merupakan “penderitaan jangka pendek” untuk keuntungan potensial. Namun dalam kenyataannya, tindakan ini menimbulkan ketidakpastian dalam pasar global dan berisiko mendapat reaksi balasan dari para pesaing ekonomi.

Jadi mengapa Trump dan pendukungnya memilih jalan ini? Jawabannya terletak pada kombinasi antara rasa percaya diri yang berlebihan atau kesombongan politik dan kesalahan penilaian yang parah terhadap strategi ekonomi China. Beijing telah menghadapi tantangan ini bukan dengan ketundukan, tetapi dengan respons terukur yang mencakup penerapan tarif balasan, perluasan hubungan perdagangan dengan mitra baru, dan memperkuat inovasi dalam negeri. China telah membuktikan ketangguhannya dan meruntuhkan anggapan Amerika bahwa China akan runtuh jika mendapat tekanan ekonomi.

Pada akhirnya, strategi ini tidak tampak sebagai rencana ekonomi yang koheren, tetapi justru merupakan upaya untuk menggunakan ekonomi sebagai alat dalam permainan kekuatan geopolitik dan merestrukturisasi situasi internasional global. Ini adalah permainan yang dapat menimbulkan konsekuensi bencana jangka panjang bagi ekonomi Amerika dan sistem ekonomi global secara keseluruhan.

Di tengah lanskap global yang bergejolak ini, muncul pertanyaan mendasar: Di mana posisi Islam dan kaum Muslim saat ini? Akankah kita tetap menjadi pion belaka di papan catur geopolitik, dimana nasib kita, nasib rakyat kita, dan nasib seluruh umat manusia, ditentukan tanpa kita memiliki hak bicara sedikit pun? Akankah kita puas memainkan peran sebagai penonton dalam konflik antara keserakahan kapitalisme dan tirani sosialisme, sementara kita memiliki warisan budaya dan sistem kehidupan rabbani yang mampu menyelamatkan dunia dari kekacauan dan ketidakadilan ekonomi?

Atau apakah sudah waktunya bagi kita untuk bangkit sebagai umat yang berdaulat, dengan potensi budaya dan ekonomi yang luar biasa, serta berpartisipasi dalam pengambilan keputusan global sebagai pemain aktif, bukan sebagai alat yang dieksploitasi? Bukankah sudah saatnya Islam menunjukkan keadilan dan rahmatnya melalui sistem ekonomi dan keuangannya, sebuah sistem yang memastikan distribusi kekayaan secara adil, melarang monopoli, menghapuskan pajak yang represif, memfasilitasi sirkulasi modal yang sehat, dan menstabilkan ekonomi dengan menghubungkan mata uang dengan emas dan perak, sehingga pasar akan stabil dan umat manusia akan mendapatkan kembali keseimbangan finansial dan kehidupan?

Jika kita berpaling dari pendekatan ini, maka kita tidak hanya mengabaikan solusi sejati, tetapi juga mengesampingkan diri kita sendiri dari prinsip-prinsip ilahi menuju jalan reformasi dan kebangkitan yang membawa keadilan, serta menghadapkan rakyat kita pada kesulitan di dunia ini dan siksaan kelak di akhirat yang telah diperingatkan Allah SWT dalam firman-Nya:

﴿وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ أَعْمَى﴾

Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (TQS. Thaha [20] : 124).  [] Samer Dahsya (Abu Umar)

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 16/4/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *