Kesatria dari Seberang Lautan … Dimanakah Kesatria Tentara Mesir?!

Pada saat pembantaian terhadap rakyat Gaza meningkat, dan tanah terbakar di bawah kaki orang-orang yang tertindas, media Amerika mempublikasikan berita utama tentang seorang pemuda Muslim dari Mesir bernama Muhammad Shabri Sulaiman, yang dituduh melemparkan bom molotov ke sebuah demonstrasi yang mendukung entitas Yahudi di Amerika, sambil meneriakkan “Kebebasan untuk Palestina.” Mengingat berbagai media dan platform membahas peristiwa ini, maka hakikat peristiwa ini tidak dapat diabaikan: Seorang pemuda Muslim, pergi dari seberang lautan, didorong oleh kepedihan hatinya dan kepedihan umatnya, untuk menyatakan penolakannya atas kebungkaman internasional dan kegagalan Arab dalam mengatasi situasi yang tengah berkembang di Gaza.
Peristiwa ini bukan sekadar tindakan perorangan, tetapi seruan kesatria, yang menyingkap keadaan suatu umat yang tidak menemukan seorang pun di antara tentara atau penguasanya yang bertindak untuk menolong kaum tertindas. Apa yang dilakukan pemuda ini merupakan kemarahan bebas seorang Muslim yang keimanan dan martabatnya menolak untuk membiarkan dirinya menyaksikan saudaranya dibinasakan sementara dia hanya berdiri diam.
Sebaliknya, sikap rezim-rezim Arab, yang dipimpin oleh rezim Mesir, menjadi semakin jelas. Mereka terus mengecewakan kita, berpartisipasi dalam pengepungan Gaza dengan menutup penyeberangan dan mencegah pasokan bantuan, bahkan mereka yang memompa gas ke entitas Yahudi dan berkoordinasi dengan mereka dalam masalah keamanan dan politik. Pengkhianatan tersebut meluas melampaui aspek politik hingga mencakup mobilisasi keagamaan dan media, karena para syeikh sulthan (corong penguasa) dimobilisasi untuk membenarkan sikap diam dan mendistorsi kesadaran masyarakat, dalam upaya untuk mengubah konflik menjadi masalah (kemanusiaan) yang tidak terkait dengan pembebasan dan jihad.
Di sinilah pertanyaan mendasar muncul: Di manakah tentara Mesir? Di manakah mereka yang menyanyikan kejayaan Oktober dan membanggakan sejarah kepahlawanan mereka? Apakah tidak ada orang waras di antara mereka yang melihat anak-anak dan wanita Gaza dibantai dan tempat-tempat sucinya dibom?! Tidakkah mereka melihat kejahatan yang dilakukan oleh entitas Yahudi setiap hari? Atau apakah perintah politik telah menumpulkan perasaan mereka, sehingga menjadikan mereka penjaga perbatasan kolonial, alih-alih menjadi pelindung umat?
Rezim Mesir adalah penjaga keamanan entitas Yahudi. Rezim ini mencegah bantuan mencapai warga Gaza, menutup semua akses bagi mereka, dan melancarkan perang media dan politik untuk mendistorsi mereka yang membelanya, serta menuduh mereka yang melakukan perlawanan sebagai terorisme!
Bahkan para ulama yang seharusnya menjadi pewaris para nabi pun terombang-ambing antara takut dan serakah. Sebagian diam saja, sebagian lagi merapat kepada para penguasa, membenarkan kegagalan mereka melindungi umat dengan realisme dan membius umat dengan dalih “fiqih kemaslahatan umum” dan “hikmah”, yang pura-pura lupa bahwa jihad adalah kewajiban, dan menyampaikan kebenaran kepada orang yang zalim adalah kewajiban yang tidak dapat ditunda.
Wahai rakyat Mesir, wahai putra-putra Shalahuddin dan Qutuz, bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk menolak kenyataan ini?! Bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk mengatakan cukup kepada rezim yang mengkhianati tanah Palestina yang diberkahi atas nama kalian?! Bukankah memalukan ketika sejarah mencatat bahwa Mesir yang berada di perbatasan Gaza, tidak melakukian apa-apa untuk menolongnya?!
Apa yang dilakukan Muhammad Shabri Sulaiman menunjukkan bahwa masih ada orang-orang di dalam umat yang perasaannya masih hidup. Namun, bahaya yang sebenarnya terletak pada kenyataan bahwa kesatria umat masih terbatas pada individu-individu, sementara umat dan tentaranya tetap diam, dan kemauannya lumpuh. Inilah yang memperpanjang umur pendudukan dan melanggengkan penghinaan terhadap umat.
Para perwira dan prajurit di tentara Mesir: Kalian adalah para pengambil keputusan yang sebenarnya. Penyeberangan berada di tangan kalian, perbatasan berada di bawah kaki kalian, dan tangisan Gaza mencapai kalian, jadi apa alasan kalian untuk tetap diam?! Jangan tertipu oleh perintah politik, dan jangan tergoda oleh retorika media. Kalian bertanggung jawab kepada Allah, bukan kepada para pemimpin kalian. Tidakkah kalian takut bahwa kalian akan ditanya pada Hari Kiamat tentang darah anak-anak yang tertumpah? Tentang pengepungan para ibu? Tentang masjid-masjid yang dibom saat kalian berada di dekatnya?
Kami tidak menyerukan pada kekacauan atau pemberontakan buta. Sebaliknya, kami menyerukan kepada kalian untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian: menjadi penolong agama-Nya, untuk berdiri bersama umat kalian, bukan melawannya, menggunakan senjata kalian untuk menolong yang tertindas, bukan untuk melindungi pengkhianat, dan bergerak sebagaimana kaum Anshar bergerak bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika mereka berkata kepadanya: “Jika Anda membawa kami ke laut, kami akan setia bersama Anda.”
Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah adalah solusi radikal. Khilafah akan menyatukan semua potensi umat, mengarahkan kesatria umat pada proyek pembebasan, mematahkan kekuatan pendudukan, menghentikan kolusi dengan musuh-musuh umat, dan memimpin umat kembali menjadi umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia.
Ya Allah, sesungguhnya di antara tentara Mesir ada orang-orang yang mukhlis, maka gerakkanlah hati mereka, bebaskanlah kemauan mereka, berikanlah kepada mereka kemuliaan dengan kemenangan, dan tempatkanlah mereka di antara orang-orang yang tidak dibahayakan oleh pengkhianatan para pengkhianat.
﴿وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ﴾
“Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah dari (kalangan) laki-laki, perempuan, dan anak-anak.” (TQS. An-Nisā’ [4] : 75).
Kantor Media Hizbut Tahrir di Wilayah Mesir
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat