Kasus SMAN 1 Cimarga, Pertanda Aktivitas Sekolah Belum Mendidik?

MediaUmat Kasus merokok, ditampar karena merokok, mogok sekolah sebagai solidaritas kepada perokok, yang terjadi di SMAN 1 Cimarga Banten dikhawatirkan Direktur Siyasah Institute Iwan Januar sebagai pertanda aktivitas sekolah di tanah air belum mendidik tetapi sekadar menyediakan sekolah.

“Ini membuat kita bertanya-tanya, jangan-jangan ini adalah pertanda bahwa aktivitas sekolah di tanah air belum mendidik, tapi sekadar menyediakan sekolah,” ungkapnya kepada media-umat.com, Rabu (15/10/2025).

Menurutnya, mogok sekolahnya 630 siswa SMAN 1 Cimarga Banten sebagai bentuk solidaritas terhadap seorang kawannya yang ditampar kepala sekolah lantaran keperkok merokok tidak bisa dibenarkan.

“Kita tidak bisa membenarkan sesama siswa menolelir kesalahan kawannya, kasus yang terjadi adalah potret solidaritas konyol pelajar. Kawan yang salah harusnya didukung untuk dihukum, bukan diberi pembelaan,” katanya.

Menurut Iwan, adanya kasus ini menunjukkan ada kesalahan mindset para siswa soal disiplin.

Mindset ini kan terbentuk dari berbagai pendidikan salah satunya sekolah, pendidikan itu harusnya membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang beradab,” kata Iwan.

Namun, sebut Iwan, apa yang mau diharapkan dari pendidikan nasional yang sudah tidak jelas karena asalnya sekularisme, agama hanya sekadar hafalan bukan pembentuk karakter dan kepribadian.

“Kita bisa katakan ini jadi tamparan untuk dunia pendidikan di tanah air. Sinyal-sinyal kegagalan itu sedemikian kuat,” ungkapnya.

Kekerasan Tidak Dibenarkan

Akan tetapi, sebut Iwan juga, dirinya tidak membenarkan bentuk kekerasan yang tidak terukur dari pihak guru pada murid.

“Tidak semua pelanggaran aturan sekolahnya diselesaikan dengan kekerasan, apalagi dalam Islam ada batasan khusus pendisiplinan menggunakan hukuman fisik seperti pemukulan atau pencambukan,” jelas Iwan.

Selain itu, kata Iwan, tidak bisa membenarkan juga orang tua terlibat terlalu jauh dalam penertiban aturan di sekolah terhadap para siswa.

“Hari ini banyak orang tua sudah terlalu campur tangan dalam tindak pendisiplinan di sekolah sehingga mengacaukan jalannya pendidikan,” katanya.

Makin banyak orang tua menentang sekolah dalam penegakan aturan. Padahal seharusnya orang tua paham sekolah punya otoritas dalam mendisiplinkan para siswa.

“Intervensi orang tua membuat sekolah dan guru gamang dalam menertibkan murid-murid,” pungkas Iwan.[] Fatih Sholahuddin

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: