Kalau Jihad, Mestinya Presiden Entitas Penjajah Zionis Itu Dibunuh

Mediaumat.info – Menanggapi alasan lima aktivis bertemu dengan Presiden Isaac Herzog yang menyebut sebagai ‘jihad terbesar mengungkap kebenaran di hadapan pemimpin zalim’, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan kalau jihad seharusnya bunuhlah presiden entitas penjajah Zionis Yahudi tersebut.
“Ini kok dengan enteng datang ke sana, katanya jihad. Jihad itu ya bunuh dia itu, presiden itu. Baru itu namanya jihad,” ujarnya dalam dalam Fokus: GEGER!! Kunjungan Pemuda NU ke I5r4el! di kanal YouTube UIY Official, Ahad (21/7/2024).
Apalagi, keberadaan sosok yang menurut UIY sebagai penanggung jawab semua kebiadaban entitas penjajah Yahudi atas warga di Palestina, ketika itu sudah di depan mata mereka. “Itu sudah di depan mata kok,” ucapnya, kembali meluapkan emosi.
Untuk dipahami, yang telah dilakukan oleh Zionis Yahudi di bawah kepemimpinan Presiden Isaac Herzog dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, lebih kejam dari sekadar membunuh presiden dan perdana menteri tersebut.
Adalah Dr. Zainul Maarif, dosen tetap di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) sekaligus pengurus Lembaga Bahtsul Masail PWNU DKI Jakarta, di antara lima aktivis lain yang sebelumnya membela diri dengan mengatakan kedatangannya ke wilayah pendudukan, bertujuan untuk diplomasi perdamaian dengan Zionis Yahudi.
“Saya kenapa kok ketemu dengan presiden semacam itu? Ya karena presiden Israel dalam hal ini Israel sedang menyerang Palestina. Maka ketika kami menyatakan perdamaian maksudnya apa? Maksudnya adalah ‘wahai Israel jangan menyerang Palestina lagi damai’, jadi saya mengungkapkan perdamaian KPD Israel,” katanya di Kantor PWNU DKI Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (18/7).
Hanya Bahasa Perang
Tetapi, kata UIY lebih lanjut, Zionis Yahudi sebenarnya tidak mengenal kata nasihat, diplomasi ataupun perundingan. Berbagai perundingan global level negara saja dilupakan, seperti Konferensi Madrid 1991, sebuah perundingan damai yang diadakan dari 30 Oktober sampai 1 November 1991 di Madrid; Perjanjian Damai Oslo Pertama dan Kedua; maupun Perjanjian Perdamaian Camp David.
Bahkan nasihat-nasihat paling tandas yakni resolusi PBB, imbuh UIY, lebih dari 37 Resolusi Dewan Keamanan PBB tak digubris oleh Zionis Yahudi. “Resolusi PBB, itu nasihat paling tandas. Tiga puluh tujuh resolusi PBB itu di-prek-in kalau orang Jawa bilang sama mereka (Zionis Yahudi),” ulasnya.
Dengan kata lain, selama ini Zionis Yahudi hanya mengenal bahasa perang. “Kalau mereka menggunakan bahasa senjata, lalu (sementara) kita menggunakan bahasa diplomasi, itu, Ya Allah, saya tahan emosi saya ini untuk tidak ngomong jelek. Bahlulnya bahlul kan?” lontarnya.
Namun demikian, hal penting yang menurut UIY juga patut diketahui oleh umat adalah Yahudi sebenarnya tidak berhak atas tanah Palestina. Bahkan kaum Yahudi sebenarnya sudah mengerti Palestina bukanlah milik mereka, tetapi milik umat Islam di bawah naungan Kekhilafahan Utsmaniah ketika itu.
Pada tanggal 29-31 Agustus 1897, pemimpin visioner Theodor Benjamin Zeev Herzl menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss. Nama ‘Zionisme’ berasal dari kerinduan akan Sion, salah satu nama kuno Yerusalem dalam Alkitab.
“Itulah yang disebut sebagai Der Judenstaat, oleh Theodore Herzl. Lalu datang kepada Sultan Hamid Kedua untuk meminta wilayah itu, dan dengan tegas ditolak,” beber UIY, yang sekali lagi menekankan penting mengungkap peristiwa yang terjadi pada tahun 1902 ini.
Pasca-runtuhnya Kekhilafahan Utsmani pada 1924, kaum Yahudi pun melakukan langkah-langkah untuk merealisasikan cita-cita tersebut, berikut puncaknya pada 1948, dideklarasikanlah Der Judenstaat itu yang kemudian dinamai Israel.
Seketika, terjadilah peristiwa Nakbah, malapetaka berwujud pengusiran, perampasan, maupun penghancuran oleh Zionis Yahudi terhadap jutaan orang Palestina, terus-menerus hingga pengusiran besar-besaran lagi setelah peristiwa 7 Oktober 2023 lalu.
“Kalau mereka berperilaku begitu, mereka itu menyerang umat Islam, merampas, mengusir, maka tidak ada hubungan lain kecuali hubungan perang,” tandasnya kembali, yang dalam istilah Arab berarti alaqah harbiyah.
Aneh
Maka aneh jikalau kemudian ada umat Islam yang menganggap di antara entitas penjajah Yahudi dengan kaum Muslim seolah-olah tak terjadi apa-apa. “Itu kan aneh. Wong faktanya sudah begitu rupa (daftar kezaliman Zionis Yahudi) berderet-deret,” cetus UIY, seraya menyampaikan ada dua pilihan di dalam perang yakni membunuh atau dibunuh.
Apalagi kaum Zionis Yahudi telah nyata melakukan penghancuran fasilitas-fasilitas umum yang pada dasarnya, sebagaimana di dalam QS Al-Qashas: 77, Allah SWT tidak menyukai orang berbuat kerusakan.
Lantaran itu, tidak bisa disebut nasihat mengungkap kebenaran di di depan penguasa zalim sementara yang tampak adalah saling berjabat tangan, bermanis muka, tersenyum, bahkan foto bersama.
Karenanya, sekali lagi UIY tekankan, perkara ini bukan soal siapa mewakili siapa, tetapi permasalahannya bagaimana pandangan kelima nahdliyin terhadap kondisi yang sedang terjadi di Gaza, Palestina.
“Mohon maaf ini, apakah harus orang tuanya sendiri, bapaknya sendiri, ibunya sendiri, anaknya sendiri yang ditembaki oleh Zionis, untuk mengatakan Zionis itu kejam? Apa harus begitu?” ucapnya.
Kalau harus begitu, maka kadar moralitas umat ini jauh dibanding orang-orang di Barat yang hari ini sedang ribut melakukan pembelaan terhadap Gaza, Palestina. “Itu mereka bukan Muslim, tapi mereka melihat bahwa ini kekejaman di luar nurul, itu istilah (nalar) kalau anak muda sekarang,” pungkasnya. [] Zainul Krian