Mediaumat.id –Bak gayung bersambut, suksesnya film dokumenter sejarah Islam Jejak Khilafah di Nusantara 2 (JKDN 2) yang premier Rabu (20/10/2010) dengan lebih dari 273 ribu penonton dari seluruh Nusantara, mendapat endorsement atau dukungan dari berbagai kalangan termasuk Ir. Djusdiman, seorang tokoh sekaligus budayawan dan arsitek dari Sulawesi Tenggara (Sultra).
Sesaat setelah nobar (nonton bareng) JKDN 2 yang diselenggarakan panitia setempat di Kendari, ia meminta agar diberikan kesempatan membacakan puisi bebas, sebagai bentuk apresiasi yang baru saja dibuatnya.
Dengan perasaan haru yang tampak dari cucuran air matanya, ia pun terisak di tengah menyampaikan bait puisi yang intinya berbunyi:
Berabad-abad lamanya
Umat Islam berjaya dengan Khilafah
Namun, ketika Khilafah sirna
Umat Islam kehilangan jati diri
Umat Islam harus bersatu dan berjuang
Bersatu untuk membumikan Khilafah
Berjuang untuk membumikan Khilafah
Ya Allah… satukan kami di bawah kibaran panji-panji Khilafah
Allahu Akbar…
Seketika, setelah selesai membawakan puisi, gema takbir sahutan dari dalam ruangan.
Ada lagi peserta nobar yang juga meminta kepada panitia, agar ia diberikan kesempatan yang sama. Ia adalah KH Mudhar Bintang, Mantan Wakil Rais NU Sultra dan mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Sultra.
Bukan dengan puisi sebagaimana peserta pertama, tetapi dengan endorsement yang secara langsung disampaikan setelah dipersilahkan dengan hormat oleh panitia.
“Kita semua yang ada di sini adalah pejuang-pejuang kebenaran. Maka, jangan takut apa pun. Bersabarlah. Allah pasti akan memberikan kemenangan bagi kita atas perjuangan kita untuk tegaknya syariat Allah, Allahu Akbar…,” ungkapnya sambil sesekali juga terisak karena menangis haru.
Tak ingin ketinggalan, Drs. H. Andi Nur Lapae, M.Ed., yang juga putra lokal Sultra pun menyampaikan endorsement. Ia adalah seorang sejarawan sekaligus penulis novel fiksi sejarah lokal Sultra dengan beberapa judul di antaranya, ‘Taaduno Andoolo’, ‘Pulang ke Laiwoi’, ‘Anak Kolong Kendari’ dan lainnya.
Belakangan diketahui, ia ternyata masuk dalam garis keturunan langsung dari Raja Mekongga Sangia Nibandera, yang mempunyai panji merah putih bertuliskan kalimat tauhid.
Hanya saja ia menyampaikan endorsement-nya melalui pesan WhatsApp, lantaran usai nobar ia langsung pulang.
“Film JKDN adalah Sebuah film Islam religious history yang menggugah ukhuwah islamiah sesama Muslim. Mengingatkan kembali betapa ajaran Islam sangat penting menjadi landasan berbangsa dan bernegara demi persatuan, persaudaraan, keadilan dan kemakmuran rakyat,” tulisnya via WA kepada panitia.
Hal yang kurang lebih sama, pun dilakukan oleh seorang Pengacara Senior Sultra Chulafaurrasyidin, S.H. Ia juga memberikan endorsement melalui WA yang diterima panitia Nobar JKDN 2.
Dengan tulisan yang lumayan panjang, berikut endorsement tersebut:
Film Jejak Khilafah di Nusantara bukan sekadar narasi informatif yang visualitas, tetapi film ini mengangkat penggalan sejarah kejayaan yang berbasis fakta dengan segala dinamikanya, dan membuktikan bahwa secara de facto dan de jure bahwa khilafah sebagai sebuah sistem kepemimpinan umum dan ketatanegaraan. Pernah eksis dan berjaya di seantero Nusantara pada fase sebelum penjajah kafir Belanda dan Inggris masuk ke Nusantara. Yakni fase kerajaan dan kesultanan. Antara lain, kesultanan di Aceh, Palembang, Makassar, Tidore, Yogyakarta, Surakarta, Banten. Singkatnya menembus jazirah Nusantara.
Fase Kekhilafahan Utsmaniah yang melingkupi kesultanan Nusantara ini telah terbukti mampu memberikan ketentraman dan kemakmuran di Nusantara. Sehingga sangat disayangkan bila ada individu Muslim atau pun secara kelembagaan alergi dengan narasi khilafah ini.
Khilafah sesungguhnya adalah merupakan ‘roh’ keberislaman secara kafah. Absurd rasanya jika isu demokrasi sebagai sebuah sistem yang tidak perfect hingga pemberian nama sebuah jalan Kemal Attaturk di Jakarta bebas diwacanakan. Lalu kemudian narasi khilafah dihadang dengan sarat resistensi, yang merupakan hak dasar dari umat Muslim.
Sistem khilafah adalah sistem ‘langit’ yang sangat sempurnah yang akan memberikan suasana kondusif, kemakmuran dan perlindumgan kepada seluruh umat manusia tanpa melihat latar belakang agama dan sosialnya.[] Zainul Krian