Iwan Januar: Gim Daring Sudah Jadi Persoalan Global

MediaUmat Merespons temuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) terkait maraknya anak Indonesia yang kecanduan gim daring (game online), Direktur Siyasah Institute Iwan Januar menyatakan persoalan gim daring sudah menjadi persoalan global.

Game online ini, menjadi persoalan global, bukan cuma di tanah air,” ujarnya dalam Kabar Petang: Sadar Oi! Fakta Mengerikan di Balik Game Online, Jumat (30/5/2025) di kanal YouTube Khilafah News.

Menurutnya, banyak negara besar di Eropa juga Amerika Serikat sudah mulai memperhatikan secara serius efek dari gim daring pada masyarakat, bukan cuma anak-anak, tapi juga masyarakat secara umum.

“Karena ternyata kan, mereka yang senang dengan game online ini, usianya itu sudah lintas usia,” tandasnya.

Nah, kalau dulu, jelas Iwan, yang namanya gim itu, terbayang anak, tapi sekarang, orang dewasa, bahkan bapak-bapak juga mereka banyak yang masih addict (kecanduan) dengan gim daring.

“Bisa kita lihat, misalnya, banyak bapak-bapak itu pingin punya konsol game (perangkat elektronik yang dirancang khusus untuk memainkan gim video), sebutlah PS 5, yang itu jadi bahan perbincangan di kalangan bapak-bapak dan itu enggak mungkin anak-anak, karena harganya mahal, dan para bapak, mereka masih punya rasa senang untuk main game,” terangnya.

Sisi Positif dan Negatif

Iwan menilai, gim daring memiliki sisi positif dan sisi negatif. “Pertama, saya ingin sampaikan dulu kenapa kemudian game online ini ada sisi positif, ada sisi negatifnya,” ujarnya.

Sisi positifnya, menurut Iwan, gim daring memacu kreativitas. “Sebetulnya, dalam game online itu juga kan, pemain itu dipacu untuk mencari solusi, jalan keluar,” ungkapnya.

Ia mencontohkan beberapa gim yang memacu kreativitas penggunanya.

“Misalnya game-nya berbentuk puzzle, maze, lorong, kemudian dilatih menggunakan berbagai macam item dalam game. Sebetulnya, memang ada unsur memacu kreativitas dan kecerdasan pada seorang user (pengguna), ketika mereka main game,” terangnya.

Yang jadi persoalan, sebut Iwan, ketika menjadi addict (kecanduan).

“Nah, kalau sudah addict, toxic ujungnya ini. Nah kenapa kemudian menjadi addict, sebab kalau kita lihat regulasi (terkait gim daring) ini belum ada,” ujarnya.

Belum adanya regulasi gim daring, menurut Iwan, bukan cuma di Indonesia, tapi di seluruh dunia.

“Hanya memang Indonesia itu terbilang sangat terlambat untuk membuat regulasi tentang game online. Banyak hal-hal yang harusnya itu sudah ada, enggak ada,” sesalnya memungkasi.[] ‘Aziimatul Azka

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: