Mediaumat.info – Merespons krisis ekonomi yang melanda dunia akibat dari kebijakan global Amerika Serikat (AS) respons dari perang tarif dengan Cina, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan Islam memiliki keunggulan yang bisa menjadi kekuatan ekonomi sangat besar dan kemandirian yang luar biasa.
“Nah, dengan dua keunggulan itu (uang emas + uang perak dan kekayaan sumber daya alam) saja saya melihat Islam itu akan menjadi kekuatan ekonomi yang sangat besar dan akan memiliki kemandirian yang luar biasa,” ujar Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana dalam Kabar Petang: Mewujudkan Negara Adidaya Ekonomi yang Berideologi Islam, Sabtu (19/4/2025) di kanal YouTube Khilafah News.
Karena, menurutnya, persoalan penting dalam krisis ini, adalah kendali AS dalam kekuatan dolar yakni fiat money (uang kertas), dan perdagangan nonriil. “Dan itu semua harus menggunakan US$ (dolar AS),” bebernya.
Lantas untuk nenyikapi hegemoni tersebut, kata Agung, Islam memiliki keunggulan untuk menciptakan kekuatan ekonomi dan kemandirian yang luar bisa.
“Pertama, misalkan dalam sistem moneter, sistem moneter ini dalam perspektif Islam itu haruslah berbasiskan emas dan perak,” tegasnya.
Karena, bebernya, emas itulah yang akan melahirkan mata uang yang disebut dengan dinar. Kemudian basis perak yang akan melahirkan mata uang dalam bentuk dirham.
“Nah, bagaimana dengan angka-angka uang yang lebih kecil? Nanti akan ada yang disebut dengan fulus. Fulus itu bisa berbasiskan tembaga atau logam-logam yang lainnya, intinya memiliki nilai intrinsik,” jelasnya.
Adapun alasannya memakai emas dan perak dalam pengelolaan moneter Islam, lanjutnya, sebab nilai emas dan perak itu nilai yang stabil dan tidak mudah mengalami goncangan, dan tidak bisa dicetak seenaknya.
“Hari ini Amerika Serikat bisa mengendalikan moneter dunia, karena mereka bisa mencetak kapan pun juga, tanpa basis emas dan perak. Karena apa? karena mereka sudah fiat money, jadi uang kertas itu tidak punya basicly. Sehingga mereka dengan seenaknya bisa dicetak. Dan itu problematik fiat money yang ada sekarang ini, menyebabkan harga-harga bisa melambung tinggi dan terjadi inflasi,” bebernya.
Kalau dalam Islam, tuturnya, mata uang harus tidak mudah dicetak sembarangan.
“Dalam pandangan Islam, boleh saja nanti uang itu dalam bentuk kertas, tetapi setiap uang kertas keluar itu harus ada basicly emas dan perak sehingga akan stabil,” ujarnya.
Adapun alasan lainnya, kata Agung, karena emas dan perak anti manipulasi, dan yang penting lagi dari kemanfaatan adalah basis akidah.
“Bahwa penerapan moneter Islam dengan basis dinar dan dirham itu perintah Allah dan rasul-Nya. Nah itu yang sangat penting untuk kita catat,” bebernya.
Sementara, perdagangan sektor nonriil dalam pandangan Islam bebernya, hukumnya haram. Karena dalam pandangan Islam namanya jual beli itu harus riil.
“Harus riil, bentuknya barang atau jasa. Bukan seperti sekarang uang beli uang yang muncul akhirnya riba. Oleh karena itu dalam pandangan Islam, akan dihapus semua perdagangan nonriil. Ini semua akan masuk berfokus pada perdagangan sektor riil,” ujarnya.
Keunggulan yang kedua, bebernya, dalam Islam sumber daya alam yang melimpah ruah, akan dijadikan menjadi milik bersama, yang disebut dengan kepemilikan umum atau milkiyatul ammah, yang ini nanti wajib dikelola oleh negara untuk kepentingan bersama dan tidak boleh dikuasai oleh individu oleh swasta.
“Tetapi sekali lagi, itu semua kemandirian ekonomi, kemudian kehebatan dalam moneter perdagangan internasional yang kuat, hanya akan bisa terlaksana kalau ada sistem politik yang menaunginya. Nah sistem politik itulah disebut dengan negara khilafah,” ujarnya.
Negara khilafah, bebernya, itu tidak akan mudah dikalahkan oleh apa pun termasuk kalau ada perang tarif sekalipun, enggak ada masalah dalam pandangan Islam.
“Kalau misalnya saja nanti ada pertarungan tarif, kita akan resiprokal melawan dengan tarif yang sama bimislih (dilawan dengan serupa) kata Allah SWT. Sama kalau misalnya negara lain nanti akan memberikan bea masuk barang-barangnya sebesar 100%, kita akan membikin barang-barang mereka masuk ke kita juga dengan tarif 100%,” ujarnya.
Transisi
Agung juga beberkan cara transisi dari kondisi seperti sekarang ini, ketika umat Islam itu dalam kendali pihak-pihak lain, dalam kendali negara-negara lain menuju tegaknya khilafah, yang akan melaksanakan politik ekonomi Islam.
“Yang pertama, sangat penting yaitu pembangunan kesadaran di kalangan umat Islam, bahwa apa yang terjadi saat ini bertentangan dengan Islam, dan kita perlu mengarah pada Islam yang sesuai dengan apa yang disyariatkan Allah SWT,” ujarnya.
Yang kedua, yang sangat penting, tuturnya, adalah pembangunan kesadaran di kalangan ahlu nushrah.
“Siapa ahlu nushrah? Mereka-mereka yang ahlul quwwah. Mereka-mereka yang ahli dalam kekuatan, memiliki kekuatan. Mereka-mereka inilah elite-elite politik mungkin militer dan sebagainya yang memiliki kekuatan untuk menyangga sistem yang baru nanti,” tegasnya.
Jadi, tuturnya, dua hal ini yang akan melahirkan kekuatan terkonsolidasi.
“Nah, dengan konsolidasi agregasi kekuatan inilah, maka akan terbangun keinginan kuat untuk menegakkan khilafah. Dan saat itulah nanti khilafah akan tegak. Dan saat khilafah tegak, maka penerapan syariah Islam termasuk di dalamnya penerapan moneter Islam dinar dan dirham, dan pelaksanaan perdagangan riil, menghapuskan perdagangan nonreal itu bisa diwujudkan dengan sempurna,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat