Islam Disebut Agama dari Tanah Arab, UIY Tegaskan Begini

Mediaumat.id – Menguak dari berbagai sisi yang mungkin tersembunyi di balik pernyataan “Agama Islam ini kan bukan dari Indonesia, dia dari tanah Arab lalu masuk Indonesia. Maka dia harus menghargai budaya yang ada di Indonesia”, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai begini.

“Sesungguhnya Islam tidak pernah bisa disebut sebagai pendatang untuk tempat di mana pun di muka bumi ini karena tempat di mana pun di muka bumi itu adalah bumi Allah,” ujarnya dalam Fokus Spesial: Narasi Islam Arab & Budaya, Ke Mana Arahnya? di kanal YouTube UIY Official, Ahad (13/11/2022).

Maknanya, sambung UIY, memang betul diturunkan di tanah Arab, tetapi sebagaimana dipahami bahwa Allah SWT telah menghendaki Muhammad SAW sebagai rasul/utusan yang kebetulan adalah orang Arab.

“Itu adalah bagian dari kehendak Allah SWT,” tegasnya, yang malam itu sekaligus menjadi pembawa acara mendampingi KH Muhyiddin Junaidi, narasumber yang sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Jelasnya, bisa dilihat di dalam firman Allah SWT, Surat Saba’ ayat ke-28, bahwa risalah Islam diturunkan kepada Muhammad SAW, utusanNya, bagi seluruh manusia di dunia.

“Tetapi risalah Islam itu sendiri kan diturunkan untuk, wa mā arsalnāka illā kāffatal lin-nāsi basyīraw wa nażīra,” kutipnya, yang bermakna ‘Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan’.

Bahkan secara bumi, kata UIY, Islam bakal hadir di mana pun sebagai bagian tak terpisahkan dari ciptaan Allah, dalam hal ini manusia.

Makanya akan terasa ada suatu keanehan menyimak pernyataan Menag itu. “Sungguh aneh sebenarnya kalau kita mencoba menyimak pernyataan Pak Menteri Agama itu,” sebutnya.

Bahkan Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas dianggap sebagai penista agama oleh para warganet dan sempat menjadi salah satu trending topic di Twitter usai pernyataannya di podcast Deddy Corbuzier yang mengatakan. “Islam adalah Agama bangsa Arab” dan sebagai “Agama Pendatang” di Indonesia.

Lantas terkait dengan budaya, UIY menyampaikan, Islam bukanlah agama yang tidak bisa ‘berhadapan’ dengan budaya. Artinya sebagai agama, Islam mempunyai pengalaman sangat panjang menghadapi budaya.

Pasalnya, budaya adalah produk akal manusia, sementara Islam, kata UIY, sumber utamanya datang dari Allah SWT yang notabene Maha Pencipta melalui agama yang diturunkan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk budaya di dalamnya.

Ditambah di dalam realisasinya, banyak budaya justru dipengaruhi oleh agama sehingga menjadi budaya yang islami. “Tidak pernah ada agama yang berkebudayaan atau Islam yang berbudaya,” tandasnya.

“Jadi budayanya yang berkeislaman, bukan Islamnya yang berkebudayaan,” imbuhnya.

Sebutlah sarung, pakaian Muslim yang dipakai dalam melaksanakan shalat misalnya, yang kata UIY, bukan juga bagian dari agama Islam.

Menurutnya, justru yang menjadi bagian dari agama adalah kewajiban untuk menutup aurat. “Dengan apa? Kalau orang Arab menggunakan gamis, kalau orang Indonesia menggunakan sarung, dan seterusnya,” urainya.

“Peci hitam ini budaya,” sindir UIY atas dirinya dan Kiai Muhyiddin yang sama-sama memakai peci dimaksud malam itu.

Oleh karena itu pula, ia menekankan, Islam selama ini tidak ada masalah dengan budaya yang notabene sebagai sesuatu yang terus berubah dari masa ke masa. Dengan kata lain sebuah budaya semestinya memang dikendalikan oleh nilai-nilai agama dalam hal ini Islam, yang bersifat tetap.

Contoh sederhana, ketika manusia berupaya memunculkan suatu budaya, tetapi dikarenakan sebelum itu dirinya (manusia) hidup berdasarkan agama maka bisa dipastikan bakal menghasilkan budaya yang berdasarkan agama.[] Zainul Krian

Share artikel ini: