Intensitas Korupsi Makin Tinggi, Dampak dari Rapuhnya Ihsan

 Intensitas Korupsi Makin Tinggi, Dampak dari Rapuhnya Ihsan

Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) memaparkan, tingginya intensitas tindak pidana korupsi di negeri ini dinilai sebagai salah satu dampak dari rapuhnya keihsanan pihak yang berkepentingan.

“Korupsi itu lahir dari apa? Lahir dari rapuhnya ihsan,” ujarnya dalam Tausiah Hari Ke-19: Bukan Hanya Puasa, Belajar Ihsan, Rabu (19/3/2025) di kanal YouTube One Ummah TV.

Sekadar ditambahkan, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2024 mengalami peningkatan, dengan skor naik menjadi 37 dari tahun sebelumnya yang berada di angka 34. Peningkatan ini juga mengangkat peringkat Indonesia ke posisi 99 dari 180 negara (kpk.go.id 11/2/2025).

IPK sendiri, dihitung oleh Transparency International dengan skala 0-100, 0 berarti paling korupsi dan 100 berarti paling bersih.

Lantas, kata UIY lebih lanjut, ihsan dalam konteks Islam di sini berarti berbuat baik, melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan menahan diri dari perbuatan buruk, serta beribadah seakan-akan melihat Allah SWT, atau yakin bahwa Allah SWT melihat kita.

Makin menegaskan, hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim, yang artinya, “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”.

Inilah yang UIY sebut sebagai muraqabatullah, inti dari ihsan, yakni merasa selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga mendorong seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk.

Lebih detailnya, muraqabatullah adalah kesadaran akan pengawasan Allah SWT dalam setiap perbuatan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.

Sementara, berpuasa bisa menjadi ajang latihan bagi umat untuk muraqabatullah. Yang dengannya pula menjadi penting bagi umat untuk merenungkan kembali, bahkan menghayati makna puasa yang notabene bagian dari rukun Islam ini.

Namun demikian, kembali UIY menyinggung tentang rapuhnya ihsan, secara fakta memang banyak sekali kesempatan bagi umat berbuat curang dalam hal berpuasa.

“Sekarang apa sih susahnya kita masuk ke kamar sebentar, lalu kita minum atau makan, setelah itu keluar dan pura-pura lapar? Enggak ada yang tahu, dan kita tahu itu,” cetusnya.

Maknanya, ketika belum memiliki kesadaran bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mendengar segala sesuatu yang dilakukan oleh makhluk-Nya, maka bisa dipastikan keihsanan seorang Muslim tergolong rapuh.

“Di situlah luar biasanya, pentingnya puasa,” tegas UIY, yang berarti andai umat menghayati, maka dari melaksanakan puasa yang sungguh-sungguh akan terbentuk pada dirinya, ‘ihsan’.

Sebaliknya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad, maka puasa orang demikian tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.

Tentu, bisa dipastikan seluruh muslim tidak ingin mengalami hal semacam itu. “Karena itulah, hayati, hayati dan hayati agar kita bisa meraih apa yang disebut ihsan pada diri kita,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *