Mediaumat.news – Manuver politik Inggris yang akan menjadikan Indonesia sebagai jantung visi kebijakan luar negeri mereka di kawasan Indo-Pasifik melalui Integrated Review (tinjauan terpadu) 16 Maret 2021, dinilai Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, S.IP., M.Si. sebagai langkah untuk mengembalikan posisi Inggris di kawasan Indo-Pasifik.
“Saya lihat melalui Integrated Review ini, Inggris mencoba mengembalikan posisinya di Indo Pasifik,” ujarnya dalam Kabar Malam: Sinyal Campur Tangan Inggris di Indonesia, Kamis (8/4/2021) di kanal Youtube News Khilafah Channel.
Budi menilai, Inggris yang turut memainkan isu terorisme mengikuti langkah Amerika Serikat merupakan salah satu langkah masuk intervensinya. “Penandatanganan MoU (nota kesepahaman) penanganan terorisme ini hanya menjadi bagian kecil saja dari agenda besar Inggris di kawasan Indo-Pasifik ini,” tuturnya.
Dengan demikian, lanjutnya, meski persaingan antara Inggris dan Amerika Serikat menjadi tampak dengan masing-masing manuver politik di kawasan Indo-Pasifik, mereka tetaplah bersekutu. “Walaupun mereka saling bersaing, kita tahu bahwa Inggris itu juga menjadi sekutu kuatnya Amerika dalam kancah global,” ungkapnya.
Menurutnya, persaingan mereka semakin tampak dalam kasus-kasus yang terjadi di beberapa negara di kawasan Indo-Pasifik. Ia mencontohkan Malaysia dengan kasusnya Mahatir Muhammad dan Anwar Ibrahim, Myanmar (wilayah bekas jajahan Inggris) dengan peristiwa kudetanya.
Lebih kentara lagi, tambahnya, di Indonesia ketika saat ini Papua dengan Freeportnya dikuasai Amerika, menjadikan Integrited Review tersebut sebagai semacam pemicu persaingan. “Dan itu menjadi semacam pemicu bagaimana Papua ini diperebutkan oleh dua kekuatan,” tegasnya.
Apalagi imbuhnya, tokoh separatis Papua Benny Wenda telah menjadi warga negara Inggris sekaligus memiliki kantor resmi di sana. “Walaupun pemerintah Indonesia itu protes, tapi Inggris sering berkilah kalau ini adalah bagaimana mereka menghormati nilai-nilai kebebasan dan sebagainya dan sebagainya,” imbuhnya.
Belum lagi di negara-negara yang tergabung dalam MSG (Melanesian Spearhead Group) yang ia sebut sebagai negara-negara yang dulu di bawah pengaruh Inggris atau setidaknya mempunyai hubungan kuat dengan Australia yang termasuk persemakmuran Inggris juga telah mengganggu kedaulatan Indonesia di Papua dengan menyuarakannya di dalam forum-forum internasional bahkan di majelis umum PBB.
Bahan Instrospeksi
Oleh karena itu, Budi sangat menyayangkan jika negeri-negeri Muslim semisal Indonesia turut menjadi negeri-negeri yang dipermainkan di bawah pengaruh negara-negara besar termasuk oleh kebijakan Integrited Review Inggris di kawasan Indo-Pasifik. “Ini menjadi bahan instrospeksi agar negeri-negeri Muslim khususnya Indonesia bisa membangun kekuatan secara mandiri,” harapnya.
Sebab, lanjutnya, negeri-negeri Muslim, Indonesia khususnya, merupakan negara yang cukup besar, kaya dengan sumber daya alam dan jumlah penduduk juga banyak memiliki potensi untuk dipermainkan, dimanfaatkan atau menjadi di bawah kepentingan-kepentingan negara-negara dengan kekuatan global itu.
“Terlebih kita sangat menyayangkan kalau kemudian ada oknum-oknum yang menjadi agen atau boneka dari negara-negara ini,” ujarnya.
Sehingga, ia menyarankan, rumusan konsepsi Inggris ini dipelajari, didalami dan dilakukan proses antisipasi sehingga Indonesia tidak sekadar mengikuti alunan gendang yang mereka tabuh. “Indonesia itu harus betul-betul menjadi negara yang punya kekuatan bahkan sampai ke level kekuatan global. Dan potensi itu ada,” pungkasnya.[] Zainul Krian