Inilah Argumentasi Kenapa Hizbut Tahrir Belanda dan Australia Menolak Solusi Dua Negara

MediaUmat Penolakan terhadap solusi dua negara kembali ditegaskan oleh Hizbut Tahrir, baik dari perwakilannya di Belanda maupun Australia. Dalam dua siaran pers terbaru, keduanya menilai bahwa gagasan solusi dua negara tidak lebih dari upaya menyelamatkan entitas Zionis “Israel”, bukan demi kemerdekaan rakyat Palestina.

HT Belanda: Solusi Dua Negara Adalah Tali Penyelamat Bagi “Israel”

Dalam siaran pers bertajuk “The Two-State Solution: A Lifeline for ‘Israel’, Not for Palestine”, Hizbut Tahrir Belanda menegaskan bahwa seruan dua negara hanyalah langkah darurat politik Barat. Menurutnya, perubahan opini publik di Barat yang semakin menyaksikan genosida, penghancuran Gaza, dan pembersihan etnis secara langsung di layar mereka, membuat pemerintah Barat terdesak untuk mencari jalan keluar.

Namun, tekanan itu bukan karena empati kepada rakyat Palestina, melainkan karena dukungan buta terhadap “Israel” tidak lagi bisa dijual kepada publik. Lebih jauh, HT Belanda menilai Barat juga sedang berupaya mengurangi kerentanan hukum dan moral mereka sendiri, mengingat Mahkamah Internasional sudah menyebut genosida dan laporan pelanggaran HAM menumpuk.

HT Belanda menekankan, solusi dua negara versi Barat sama sekali tidak bermakna kedaulatan. Negara Palestina yang diimajinasikan hanyalah entitas demiliterisasi, di bawah kendali “Israel”, dan tunduk pada nilai Barat. Dengan demikian, bukanlah akhir dari penjajahan, melainkan pengokohannya.

“Solusi dua negara bukan jalan menuju perdamaian, tetapi upaya menyelamatkan ‘Israel’ dari kehancurannya sendiri dan membebaskan Barat dari beban keterlibatan mereka,” tegas Okay Pala, Juru Bicara Media Hizbut Tahrir Belanda.

HT Australia: Pengakuan Negara Palestina, Jalan Normalisasi dan Legitimasi

Sementara itu, Hizbut Tahrir Australia dalam siaran persnya menyoroti langkah Inggris, Australia, Kanada, dan Portugal yang mengumumkan pengakuan terhadap “Negara Palestina”. Mereka menilai kebijakan tersebut bukan bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina, melainkan “selubung politik” untuk menutupi keterlibatan Barat dalam kejahatan Zionis.

HT Australia mengingatkan, pengakuan negara semacam itu justru membuka jalan normalisasi hubungan dengan entitas Zionis. Bahkan, Israel sendiri menolak gagasan tersebut. Perdana Menteri Netanyahu dengan tegas menyatakan tidak akan pernah ada negara Palestina dan berkomitmen melanjutkan kampanye “penyelesaian akhir”, yang berarti lebih banyak pembunuhan dan pengusiran.

Kantor Media HT Australia menegaskan, umat Islam tidak boleh tertipu oleh pengakuan atau solusi palsu ini. Satu-satunya jalan adalah menunaikan kewajiban syar’i untuk membebaskan Palestina dengan menegakkan Khilafah Rasyidah ala Minhaj Nubuwwah, meneladani Umar bin Khaththab dan Shalahuddin al-Ayyubi dalam pembebasan Baitul Maqdis.

Solusi Dua Negara Bukan Untuk Palestina

Dari kedua pernyataan tersebut, Hizbut Tahrir Belanda dan Australia sepakat bahwa solusi dua negara bukanlah solusi bagi penderitaan rakyat Palestina. Sebaliknya, itu adalah instrumen politik Barat untuk melindungi eksistensi “Israel”, memberikan legitimasi, sekaligus meredam tekanan publik terhadap keterlibatan mereka dalam genosida yang berlangsung.

Hizbut Tahrir menegaskan, Palestina adalah isu Islam yang hanya bisa diselesaikan melalui kekuatan umat Islam sendiri, bukan belas kasihan negara-negara kolonial Barat. []AF

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

 

Share artikel ini: