Ini Faktor 43 Persen Gen Z Eropa Tinggalkan Demokrasi

MediaUmat – Hasil survei yang menyebutkan 43 persen generasi Z (Gen Z) di Eropa meninggalkan demokrasi sebagaimana dilaporkan lembaga YouGov untuk Yayasan Tui pada 4 Juli lalu, menunjukkan besarnya angka kekecewaan Gen Z terhadap hasil pemilu dengan pemerintahan yang terpilih secara demokratis untuk bisa membawa aspirasi mereka.
“Mereka banyak mendapat informasi yang mereka sangat kecewa dengan harapan bahwa dengan pemilu dengan kemudian pemerintahan yang terpilih secara demokratis bisa membawa aspirasi mereka,” ujarn Direktur Siyasah Institute Iwan Januar dalam Kabar Petang Gen Z Eropa Mulai Meninggalkan Demokrasi? Fakta Mengejutkan Terungkap! Selasa, (15/07/2025) di kanal YouTube Khilafah News.
Iwan menjelaskan, Gen Z itu generasi yang paling melek informasi. Mereka terkoneksi dengan jejaring sosial teman-temannya. Apalagi ini beda dengan generasi Milenial awal ataupun Baby Boomer yang akses informasinya sangat terbatas karena memang mereka hanya bisa mengakses berita di koran, televisi, radio.
“Akhirnya mereka lalu melihat bahwa ternyata ada borok di kalangan politisi, di partai politik juga di pemerintahan, ini menjadi akumulasi kekecewaan mereka terhadap demokrasi,” tegasnya.
Iwan memberikan contoh kalangan muda di Eropa dan di Amerika Serikat banyak yang menyuarakan pembelaan terhadap Palestina.
“Dan mereka juga sangat kecewa dengan pemerintah mereka di Eropa dan di Amerika Serikat yang malah justru terus men-support pemerintah genosida yang terjadi di Gaza,” kritiknya.
Hal ini, menurutnya, akan mendorong kekacauan sangat besar. Terjadinya aksi-aksi demonstrasi massa di Eropa, di Amerika tuh diisi kalangan pemuda, di kampus-kampus terkenal di AS juga banyak mahasiswa yang mereka terang-terangan memberikan pembelaan terhadap Gaza, terhadap Palestina.
Belum Out of The Box
Menurut Iwan, demokrasi sementara ini jadi pilihan masyarakat satu-satunya, karena mereka belum bisa melakukan out of the box, belum bisa melihat keluar bahwa sebetulnya selain demokrasi ada sistem politik lain, sistem sosial lain yang lebih baik, yang lebih manusiawi lebih martabat.
Nah, karena yang mereka lihat hanya ini, sebutnya, maka mereka ketika berjuang pun lewat jalur ini, tidak bisa melihat jalur yang lain lagi. Padahal mereka juga merasakan berdarah-darah mereka hidup dalam sistem demokrasi secara politik dikhianati.
“Akhirnya, mereka masuk lagi ke lubang yang sama berulang-ulang sampai kemudian mereka disadarkan bahwa ada sebetulnya perjuangan lain yang bisa dilakukan selain dengan dialur demokrasi,” ujar Iwan memungkasi.[] Muhammad Nur
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat