MediaUmat – Menanggapi Ketegangan Laut Cina Selatan (LCS) kembali menghangat setelah latihan gabungan angkatan laut Inggris dan Australia yang dianggap sebagai tantangan langsung terhadap dominasi Cina di kawasan, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menilai, Indonesia dan negara-negara mayoritas Muslim di kawasan tersebut belum memiliki posisi strategis yang independen sehingga tergantung kepada negara-negara adidaya.
“Indonesia dan negeri Muslim di kawasan Laut China Selatan, akan bergantung kepada negara-negara adidaya atau major power yang terlibat dalam konflik di sana,” ujarnya kepada media-umat.com, Selasa (1/7/2025).
Pasalnya, jelas Budi, konstelasi internasional dipengaruhi oleh aktivitas negara-negara adidaya. Kalau skalanya regional, maka yang memiliki peranan penting adalah negara-negara yang memiliki kekuatan di kawasan tersebut.
Sayangnya, sebut Budi, posisi Indonesia, dan negeri Muslim di kawasan LCS (Malaysia, Brunei), adalah negara-negara ‘lemah’, maka ada ketergantungan. Walaupun Indonesia tidak bersengketa langsung di kawasan tersebut, posisi geografis Indonesia tetap menjadikannya bagian yang terdampak.
“Dan bila kawasan Laut Cina Selatan bergolak, tentunya akan memberikan imbas kepada Indonesia. Karena yang berkonflik adalah negara-negara tetangga Indonesia,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya penguatan kapasitas dalam negeri, bahkan bila memungkinkan, bisa memberikan arah baru dalam penyelesaian konflik dengan menciptakan situasi stabil yang menguntungkan semua pihak.
Bukan Tanpa Alasan
Ia melanjutkan, kehadiran militer Inggris di kawasan Asia Tenggara bukan tanpa alasan. Meski Inggris memang sudah digantikan secara global oleh Amerika Serikat, tapi tetap punya pengaruh besar, terutama terhadap negara-negara bekas jajahannya seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. Mereka tergabung dalam Commonwealth dan berada di sekitar LCS.
“Terlebih secara internasional, Inggris juga merupakan sekutu Amerika Serikat, ketika ada kepentingan yang sama. Dalam konteks Laut Cina Selatan, maka Cina adalah rival Amerika Serikat, dan Inggris ada di dalamnya,” beber Budi.
Lebih lanjut, Budi menyoroti pentingnya visi besar dunia Islam. Khilafah adalah negara adidaya Muslim. Kalau negeri-negeri Muslim tidak memiliki visi ke arah sana, maka mereka hanya akan terus menjadi pengikut dan kepentingannya akan selalu didikte oleh negara-negara besar.
“Bila tidak, maka negeri-negeri Muslim hanya akan menjadi negara pengikut dari negeri adidaya yang ada. Yang kepentingannya akan didikte oleh mereka,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat