India Kecam Pakistan yang Jalin Kerja Sama dengan Taliban, Direktur ImuNe: Maling Teriak Maling

Mediaumat.news – Pemerintah India dinilai sebagai maling teriak maling karena mengecam tindakan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan yang menjalin kerja sama dengan Taliban di Afghanistan.
“Sikap India ini ibarat maling teriak maling, kecaman India terhadap peran Pakistan dengan Taliban dalam isu terorisme menunjukkan bias politik yang luar biasa, rezim India sepertinya lupa bahwa publik dunia sudah cerdas membedakan siapa teroris sesungguhnya,” ujar Direktur Institut Muslimah Negarawan (ImuNe) Fika Komara kepada Mediaumat.news, Senin (27/9/2021).
“Masih segar dalam ingatan publik, bagaimana terorisme skala negara yang dilakukan India terhadap Muslim Kashmir yang sangat terang benderang.” sambungnya.
Menurut Fika, kecaman paranoid India ini tidak lebih merupakan bentuk islamofobia yang selaras dengan set agenda sang Master yaitu Amerika Serikat, apalagi ini disampaikan Perdana Menteri India Narendra Modi di rumah sang majikan saat berkunjung ke AS. Memang dalam strategi AS, India punya peran penting dalam counter-balancing Pakistan agar tidak terbentuk poros kekuatan Islam di kawasan, dengan menjual isu-isu terorisme dan HAM sebagai alasan utama.
Fika memandang, India dan Amerika Serikat punya agenda sangat serius untuk menutup semua peluang kebangkitan umat Islam di kawasan, mereka paham betul kesadaran umat Muslim untuk bersatu dan menegakkan Islam kaffah di Pakistan, Afghanistan dan sekitarnya sudah hampir tak terbendung. Apalagi saat ini rezim yang naik adalah Taliban, maka tak heran segala daya diupayakan untuk mengontrol Taliban termasuk rezim Pakistan yang sangat berpotensi bermain di dua kaki, karena menyadari Amerika semakin melemah dan lebih fokus pada isu nuklir di Laut Cina Selatan.
“Maka isu HAM ini kembali mereka gunakan untuk menekan Pakistan dan Taliban agar memiliki pemerintahan inklusif yang terbuka dengan nilai-nilai sekuler,” bebernya.
Untungnya, kata Fika, hari ini publik semakin cerdas, bahwa para pejuang HAM ini tak lebih dari politisi bermuka dua yang justru menjadi pihak paling bertanggung jawab pada pelanggaran HAM kelas berat terutama pada umat Muslim di kawasan tersebut.
Ia membenarkan, bahwa isu teroris dan HAM ini memang dijadikan alat untuk kepentingan negara kafir penjajah. HAM adalah senjata usang Barat untuk bisa melakukan kontrol dan intervensi politik pada negara yang dia targetkan.
Fika mengatakan, mereka berteriak menunjuk hidung Taliban, tapi menutup mata pada kejahatan mereka pada Muslim Kashmir dan Muslim Afghanistan. Mereka berkoar soal hak-hak perempuan, tapi lupa berapa banyak kejahatan mereka pada Muslimah Kashmir dan Afghanistan.
“Inilah kemunafikan para penjajah yang berkedok sebagai pembela HAM,” pungkas Fika.[] Agung Sumartono