Indef: Tatanan Ekonomi Kapitalisme Kerap Hasilkan Krisis

MediaUmat – Terkait tatanan ekonomi kapitalisme yang kerap menghasilkan krisis, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dr. Rizal Taufiqurrahman menyatakan, tidak hanya di negara maju, di negara-negara berkembang juga demikian adanya dan secara struktural kerap menghasilkan krisis.
“(Tatanan ekonomi kapitalisme) ini tidak hanya di negara maju, di negara-negara berkembang juga demikian adanya dan ini secara struktural kerap menghasilkan krisis,” ujarnya dalam Diskusi Publik: Ekonomi Tumbuh, Kesenjangan Tetap Tinggi: Kenapa? yang tayang di kanal YouTube Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA Channel), Rabu (2/7/2025).
Sebagai contoh di Amerika Serikat sendiri ucap Rizal, kebijakan saat ini, juga terjadi kaos dan krisis pada beberapa sektor.
“Bahkan kebijakan Trump, justru menghadirkan ketidakpercayaan publik terhadap kebijakannya itu sendiri pada beberapa sektor strategis khususnya di perdagangan juga melemah begitu,” lanjutnya.
Menurutnya, ini juga mendorong tidak hanya krisis kepercayaan kepada pemerintah tapi juga mendorong ketimpangan.
“Jadi, ketimpangan yang ditimbulkan sebenarnya dari tatanan ekonomi yang dibangun dan dilakukan serta dianut oleh sebuah negara bahkan oleh tatanan global yang menjadi korban adalah masyarakatnya atau warganya,” ulasnya.
Sistem Ekonomi Kapitalisme
Rizal menyebutkan, dalam sistem ekonomi kapitalisme global itu orientasinya ada dua yakni akumulasi profit dan juga pertumbuhan tanpa batas.
Dua istilah ini, menurutnya, akumulasi profit dan pertumbuhan tanpa batas yang selalu mengabaikan kapasitas ekologis bumi tidak hanya dalam konteks kerusakan sumber daya alam tapi juga manusianya.
Paradigma Baru
Rizal menyetujui sebuah solusi berangkat dari paradigma baru bagaimana ekonomi regeneratif dan inklusif.
“Yang bisa menutupi bahkan mengalahkan atau mengganti mungkin sistem ekonomi global yang justru membuat ketimpangan semakin menganga kesejahteraan tidak terjadi dan tidak terjadi pemerataan,” sambungnya.
Oleh paradigma baru ini, Rizal menegaskan, pertumbuhan ekonomi kesejahteraan kolektif itu menjadi penting.
“Ekonomi yang menghitung nilai, alam, waktu, komunitas yang bukan hanya kapital dan output saja,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya transformasi ekonomi menuju model keadilan tadi. “Sekarang memang ada namanya circular ekonomi, ekonomi solidaritaslah macam-macam tapi implementasinya memang, golnya, impact-nya adalah equality,” jelasnya.
Akhirnya, Rizal menyimpulkan perubahan tidak hanya sekadar teknografis, tapi perlu ada satu arah baru menuju ekonomi yang regeneratif, adil, berpihak dan sustain serta tentu saja menyejahterakan.[] Muhammad Nur
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat