Mediaumat.id – Selain para politisi yang kini duduk di masing-masing kursi kekuasaan, Direktur Indonesian Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengungkapkan, yang lebih diuntungkan dari penundaan pemilu 2024 nantinya adalah kaum oligarki berikut kapitalis hitam di belakangnya.
“Penundaan pemilu itu betul-betul ada kepentingan oligarki dan kepentingan kapitalis yang lebih luas lagi yang tentu mereka-mereka yang berada di balik ini semua yang akan mendapat keuntungan besar,” ujarnya dalam Perspektif PKAD: Menakar Pemilu 2024 & Tunda Pemilu Dalam Cengkeraman Oligarki, Jumat (16/12/2022) di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.
Bahkan secara cengkeraman, ia mengulas dan mengilustrasikan sebagaimana manifes yang dipaparkan dalam sebuah film dokumenter Indonesia yang rilis awal pada 14 April 2019 lalu dengan judul Sexy Killers.
Dengan gamblang, film garapan Dandhy Dwi Laksono bersama Ucok Suparta, dan yang sangat Agung rekomendasikan untuk dilihat masyarakat tersebut menggambarkan tentang industri pertambangan batu bara dan hubungannya dengan badan perpolitikan Indonesia.
Dengan kata lain, selama ini, ternyata para pengusaha tambang terutama batu bara yang berada serta berdiri di balik siapa pun calon presiden di pemilu 2019 lalu.
Sebelumnya, sebagaimana pula pernyataan Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batu bara, saat ini tambang batu bara Indonesia dikuasai oleh pihak asing dan swasta, sementara perusahaan BUMN hanya menjadi minoritas dalam mengelola tambang batu bara.
Mengaitkan itu, Agung pun mengungkapkan windfall profit atau keuntungan yang didapatkan para kapitalis dari lonjakan harga komoditas yang tidak terduga berkenaan komoditas emas hitam dimaksud di tahun 2022.
Jelasnya, mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara internasional, ICE Newcastle, berada di level USD349 per ton pada 8 Agustus 2022. Terus merangkak ke level USD371 per ton hingga makin perkasa ke level USD422 per ton pada 29 Agustus 2022. Selanjutnya, harganya sempat bertengger di level USD435 per ton pada 2 September 2022 kemarin.
Sementara produksi batu bara dalam negeri per 6 Desember 2022 ini sudah mencapai 627,17 juta ton atau 94,60% dari target yang dicanangkan oleh Kementerian ESDM pada tahun 2022 yang mencapai 663 juta ton.
Meski telah dikurangi domestic market obligation (DMO) seperti ketentuan Kepmen ESDM 139/2021 dan PP 13/2022 tentang perusahaan tambang wajib memenuhi DMO minimal 25 persen dari produksi untuk kelistrikan umum dan non kelistrikan umum, kata Agung, masih terdapat keuntungan sangat besar hingga ratusan triliun rupiah, dengan kurs USD 1 sama dengan Rp 15.000, misalnya.
Belum lagi windfall profit terkait crude palm oil (CPO) atau minyak sawit yang sempat menggegerkan emak-emak sejak kuartal keempat 2021 hingga awal kuartal pertama 2022. “Satu perusahaan saja yang mengekspor CPO itu pada tahun 2021 mereka mendapatkan keuntungan Rp 261 triliun,” ungkapnya.
“Sekarang pertanyaannya, berapa uang yang harus dikeluarkan untuk kepentingan pemenangan pemilu?” tanyanya, seraya membeberkan data yang dilansir majalah Forbes 20 November lalu yang ternyata telah memprediksi bahwa setiap calon presiden di Indonesia minimal harus menyiapkan dana USD 600 juta.
“Anda bisa bayangkan, (dengan) keuntungan windfall profit batu bara dan dari CPO, selesai semuanya,” selanya.
“Enggak ada masalah dan bisa jadi oligarki itu masang telurnya itu di semua keranjang,” tambahnya, berkaitan dengan peran oligarki di setiap gelaran pemilu.
Sehingga, siapa pun calon yang dinyatakan menang, oligarki tetap turut andil di belakangnya. “Yang menang sana aku (oligarki) juga ikut andil, yang menang sana aku (oligarki) juga ikut andil. Dan semua membutuhkan oligarki,” tandasnya.
Apalagi jika wacana tunda pemilu benar-benar dilakukan, maka oligarki bakalan mendapat keuntungan yang jauh lebih besar. Sebabnya, biayanya otomatis lebih sedikit. “Mereka cukup nyawerin (kasih uang) mereka-mereka yang ada di parlemen,” terangnya.
Itu baru soal paparan potensi batu bara yang disampaikan dalam film Sexy Killers. “Belum ngomongin nikel, belum ngomongin yang lainnya, belum lagi kita bicara oligarki transnational corporation yang membangun infrastruktur negeri ini, yang membangun kawasan ekonomi khusus negeri ini, dan kita tahu kekuatan Cina juga luar biasa, kekuatan Amerika hadir di negeri ini juga luar biasa,” ulasnya.
Lantaran itu, kata Agung, apakah umat saat ini akan dengan mudahnya menyerahkan kepemimpinan pada pihak-pihak sebagaimana yang telah ia paparkan sebelumnya?
Pasalnya, sekali lagi, siapa pun kontestan pemilu atau calonnya, yang berdiri tegak di belakang mereka adalah oligarki berikut karakter menghalalkan segala cara yang melekat padanya. Ditambah para oligarki internasional yang juga memiliki peran mengendalikan negeri selama ini.
“Apakah akan kita serahkan (kepemimpinan) pada transnational corporation, para oligarki internasional yang juga mengendalikan negeri ini?” ucap Agung, kembali melontarkan pertanyaan.
Oleh karena itu, ia mengajak umat agar mulai berpikir dengan sangat cerdas mulai sekarang. Terlebih tentang sistem yang mampu membebaskan umat dari penataan seperti sekarang ini yang tampaknya enggak akan bisa lepas dari peran oligarki. “Sistem apa itu? Tentu kita harus berpikir panjang dan apa yang disampaikan Bang Khozin (narsum lainnya) tadi, saya pikir saya sepakat (yakni sistem Islam),” pungkasnya.[] Zainul Krian