IJM: Tidak Ada Media Sosial Besar yang Pro Kaum Muslim

 IJM: Tidak Ada Media Sosial Besar yang Pro Kaum Muslim

MediaUmat Ditunjuknya Ericka Minder, seorang mantan instruktur militer Israel dan aktivis Yahudi menjadi Public Policy Manager di platform TikTok, menurut Peneliti Indonesia Justice Monitor (IJM) Rizqi Awal semakin menunjukkan tidak ada media sosial besar yang pro kaum Muslim.

“Tidak ada social media (media sosial) yang besar yang itu pro kepada kaum Muslimin. Tidak ada,” tuturnya dalam video TikTok Terang-Terangan Pro Isr@3l? di kanal YouTube Khilafah News, Ahad (10/8/2025).

Menurutnya, Instagram, Facebook, YouTube, WhatsApp, bahkan yang social messaging (pesan sosial) Telegram, tidak punya rasa empati bahkan untuk melakukan dukungan secara riil pernyataan sikap kepada kaum Muslim.

“Jadi hampir semua sosial media dan social messaging hari ini tidak punya keberpihakan secara nyata kepada umat Muslim yang besar,” ujarnya.

Namun, jelas Rizqi, ketika umat Islam punya potensi social messaging atau sosial media platform tertentu yang mungkin berasal dari negeri Muslim itu tidak akan lama.

“Karena apa? Kapitalisme akan berusaha untuk membungkam mereka-mereka yang menyampaikan itu,” ungkap Rizqi.

Ia memandang perlu kaum Muslim menggunakan sosial media sebagai senjata balik. Untuk bisa mengopinikan kepada dunia luas tentang betapa kaum Muslim itu sekarang itu dalam posisi dikhianati, dizalimi, dan disengsarakan oleh kebijakan-kebijakan kapitalisme yang ada hari ini.

Ia mengingatkan bahwa teknologi hari ini, itu punya kecenderungan teknologi. Punya celah untuk bisa dimasuki, dilakukan perlawanan. Jadi alamiah jika warganet itu ketika diblokir cara yang satu mereka pakai cara yang kedua. Ketika diblokir cara kedua, mereka lompat ke cara yang ketiga.

Sampai pada akhirnya, pada titik tertentu, ada titik jenuh, warganet itu akan meninggalkan dengan sendirinya ketika ini sudah kebanyakan aturan yang menghambat.

“Mau enggak mau yang namanya kapitalisme ketika dia membutuhkan user (pengguna/warganet), itu sebenarnya sebagai apa? Bahan dagangan mereka kepada pengiklan,” ungkapnya.

“Ketika pengguna itu sudah mulai menjauh, maka TikTok akan berpikir untuk membuka ruang. Bahkan bisa jadi, kenapa tidak kita melakukan opini serangan balik kepada TikTok, bahwasanya TikTok yang selama ini menganggap dia tidak berpihak kepada sesuatu, ternyata melakukan hal yang berpihak,” imbuhnya.

Ia mengatakan bahwa secara realitas TikTok itu ternyata tetaplah sosial media yang berpihak kepada kepentingan Barat, kepada kepentingan non-Muslim.[] Ajira

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *