Mediaumat.news- Direktur Indonesian Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengkritik para elite politik yang sudah ribut masalah calon presiden padahal pemilihan presiden masih tiga tahun lagi.
“2024 masih tiga tahun lagi, tetapi para elite sudah umyek, sudah pada ribut tentang calon presiden dan calon wakil presiden negeri ini,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Jumat (11/6/2021).
Menurut Agung, keramaian ini seolah menganggap bahwa hal ini begitu penting buat negeri ini sehingga jauh hari harus sudah diributkan. “Padahal rahasia umum, tidak ada calon kepala daerah, calon legislatif, calon presiden, calon wakil presiden atau parpol yang dapat bersaing tanpa duit yang banyak,” ujarnya.
Ia pun mengatakan, duit yang banyak akan di-backing oleh kelompok pemodal (kapitalis) dengan menggerogoti APBN/APBD bagi penguasa incumbent. Media akan dikendalikan, lembaga survei akan dibayar mahal untuk membentuk opini dan tentu kecurangan yang ditata rapi pun siap dilakukan.
Saat berhasil meraih kekuasaan, lanjut Agung, maka para elite kapitalis akan mampu mengendalikan kekuasaan, agar melahirkan peraturan perundangan yang memberikan keleluasaan kepada mereka untuk mempertahankan dan menambah kekayaan.
“Revisi UU KPK, UU Minerba, UU Omnibus Law Cilaka adalah beberapa yang diduga lahir demi kepentingan para elite kapitalis,” ujarnya.
Ia menduga, secara de facto telah terjadi oligarki di pemerintahan, suatu sistem yang muncul karena adanya konsentrasi kekayaan pada kelompok elite kapitalis, yang akhirnya mempengaruhi kekuasaan.
Agung menegaskan, oligarki tak bisa dilepaskan dari sistem demokrasi, karena demokrasi menawarkan konsep “kebebasan memiliki” yang secara faktual menghasilkan konsentrasi kekayaan yang menumpuk pada kelompok elite kapitalis dan menimbulkan kesenjangan sosial. Sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak pun diberikan kebebasan oleh demokrasi untuk dikuasai oleh segelintir elite kapitalis.
“Akankah sistem inilah yang terus berlangsung di Indonesia, suatu sistem yang menjadi ajang kejahatan secara legal? Akankah sistem rusak dipertahankan? Bagaimana menurut Anda? pungkasnya.[] Mariyam Sundari