IJM: Dirty Vote II O3 Tunjukkan Sistem Oligarki di Balik Pemilu

MediaUmat Terkait fakta bobrok politik di balik pencitraan demokrasi contoh kasus Pilpres 2024 yang diungkap film dokumenter Dirty Vote II O3 [Otok, Ongkos, Otot], Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan kecurangan pemilu mengalami evolusi untuk melanggengkan kekuasaan oligarki.

“Hari ini, inti dari film itu adalah untuk menunjukkan bahwa kecurangan pemilu itu telah mengalami evolusi menjadi sebuah sistem yang secara otomatis melanggengkan kekuasaan oligarki,” ujarnya dalam Kabar Petang: Dirty Vote II O3, Membongkar Wajah Asli Politik? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (22/10/2025).

Sistem tersebut, kata Agung, dijalankan melalui semua praktik yaitu: manipulasi hukum, pembungkaman kritik, dan pembentukan narasi publik yang menguntungkan penguasa serta kroninya.

Di dalam sekuel Dirty Vote ini, sebut Agung, menggambarkan manipulasi hukum itu dengan istilah strategi otak (O1, Otak), yaitu menata regulasi dan hukum.

“Film ini menyoroti bagaimana rezim ini merangkul partai politik agar parlemen itu tanpa oposisi, ini seperti koalisi besar, permanen dan jangka panjang,” lanjutnya.

Agung menilai manipulasi hukum ini tampak sekali terjadi dan parlemen yang tanpa oposisi ini berupaya untuk mendorong produk hukum dan yang betul-betul enak sekali jalannya. “Seperti rancangan Undang-Undang TNI yang berapa waktu yang lalu dikebut demikian rupa itu cepat sekali disetujui,” sambungnya.

Kemudian pembungkaman kritik (O2, Ongkos). Dalam Dirty Vote, menurut Agung, diungkap melalui penindasan terhadap aksi masyarakat sipil termasuk demonstrasi di bulan Agustus 2025 yang lalu.

“Ini termasuk represif aparat yang menyebabkan korban jiwa,” sebutnya.

Lebih jauh ia menyebutkan kritik publik berbentuk tagar juga terjadi pembungkaman kritik. Misalnya sekarang ramai juga tagar IndonesiaGelap berapa waktu yang lalu, kemudian tagar KaburAja.

“Itu hal-hal yang tampak sekali di permukaan tetapi ditanggapinya dengan sikap-sikap yang ee tidak selayaknya sebagai seorang pemimpin,” ujarnya.

Berikutnya, pembentukan narasi publik yang menguntungkan penguasa dan kroninya (O3, Otot). Menurutnya, ada upaya menjustifikasi sejarah, pembentukan narasi bahwa pihak yang berkuasa itu memiliki masa depan Indonesia yang berkuasa itu memiliki slogan masa depan Indonesia itu cerah. Sementara pihak lain adalah pesimis.

“Ini adalah strategi untuk mengaburkan sejarah kelam masa lalu dan mengalihkan fokus dari masalah-masalah structural,” jelasnya.

Dalam O3 (Otot), ungkap Agung juga, rezim mengerahkan aparat sedemikian rupa ya baik TNI maupun Polri untuk mempertahankan kendali kekuasaan ini termasuk penggunaan uang negara seperti koperasi desa Merah Putih atau untuk kegiatan-kegiatan yang lain.

Hal tersebut, beber Agung, memang rawan penyelewengan yang bisa berpengaruh untuk pemenangan Pemilu 2029.

“Orang-orang yang mengalami penyelewengan ini memiliki kartu truf yang sewaktu-waktu mereka akan berada pada kendali kekuasaan. Nah, inilah yang disebut dengan lingkaran setan,” sebutnya.

Akar Masalah

Agung mengkritisi hal yang terlupakan oleh Dirty Vote II O3 adalah tidak sampai pada konteks akar masalahnya, hanya sampai pada ruang-ruang cabang dan daun. Artinya dia tidak membaca sampai kategori problematik sistemik.

Menurutnya, semua muncul karena sistem yang diberlakukan di negeri ini adalah sistem politiknya demokrasi, sistem ekonominya kapitalisme, yang keduanya saling berkelindan.

“Demokrasi membutuhkan uang besar dari para kapitalis. Sementara para kapitalis membutuhkan perundang-undangan untuk melegalkan mereka, mengeruk sumber daya.  Dan dua sistem ini lahir dari apa yang disebut dengan sekularisme yaitu pemisahan agama dengan kehidupan,” urainya.

Harus Diganti

Dalam memecahkan akar masalah, menurut Agung, solusinya sistem demokrasi harus diganti dan sistem kapitalisme harus diganti. Keduanya, secara naturalnya akan menimbulkan problematik.

Agung menawarkan solusinya dengan Islam. Menurutnya, Islam menawarkan solusi sistem ekonomi yang betul-betul luar biasa. Tidak akan muncul segelintir orang yang menguasai kekayaan.

“Karena dalam pandangan Islam nanti ada persoalan yang paling pokok untuk dipastikan adalah distribusi dan yang paling penting lagi adalah sistem kepemilikan,” lanjutnya.

Oleh karena itu, ucap Agung, barang-barang tambang yang menguasai hajat hidup orang banyak termasuk mineral, batubara, dan migas adalah milik umum yang dikelola oleh negara, gak mungkin dikuasai oleh personal.

Nah, dengan sistem seperti ini, menurut Agung, kemakmuran kepada rakyat akan bisa terlaksana dengan baik. “Dan sistem ekonomi yang demikian bagus islami tadi enggak mungkin bisa tegak kecuali hanya dengan sistem politik yang betul-betul menjamin sistem ekonomi tersebut dan sistem itu yang disebut dengan khilafah islamiah,” pungkasnya.[] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: