IJM: Dendam yang Diwariskan Menjadi Sebab Bentrokan Antar Padepokan Silat

Mediaumat.id – Menanggapai viralnya tawuran atau bentrok antar padepokan silat Indonesia di Taiwan, Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana menyatakan salah satu penyebabnya adalah dendam yang diwariskan.
“Adanya dendam yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya menjadi salah satu sebab bentrokan antar padepokan silat Indonesia di Taiwan,” ujarnya dalam video Bikin Malu? “Ekspor” Tawuran ke Taiwan, Kamis (7/9/2023) di kanal YouTube Justice Monitor.
Ia meminta, semua pintu pemicu konflik wajib dicegah dan diarahkan menjadi kegiatan konstruksional atau membangun.
Setiap perbuatan, lanjutnya, harus bisa dinalar dengan pikiran yang sehat serta jangan sampai mengedepankan emosional yang kolektif.
“Terjadinya bentrokan terkadang pemicunya sepele. Hanya karena emosi sesaat lalu masalah makin besar dan fatal,” imbuhnya.
Lebih jauh, bebernya, banyaknya bentrokan dalam sistem sekuler saat ini setidaknya ada dua penyebab. Pertama, sistem sekuler meniscayakan perilaku sumbu pendek, gampang marah, mudah tersulut emosi, dan baperan.
“Berapa banyak nyawa melayang hanya karena emosi sesaat sehingga seseorang bisa gelap mata hingga melakukan pembunuhan, tawuran antar pelajar, bentrokan antar perguruan silat, bentrokan antar suporter, pertikaian warga, hingga perang sarung di kalangan pelajar,” paparnya.
Kedua, kuatnya ikatan fanatisme golongan (ashabiyyah) yaitu pembelaan berlebihan terhadap kelompok sering kali menjadi pemantik keributan antar kelompok.
“Ada yang rela mati demi membela dan mempertahankan kelompoknya meski pihaknya bersalah. Kecintaan berlebihan kepada kelompok ini bisa mematikan kejernihan berpikir mengenai pada siapa yang harus dibela dan disalahkan,” ucapnya prihatin.
Ia menandaskan, inilah cermin masyarakat sakit di sistem sekuler kapitalistik, semua masalah seakan-akan terselesaikan dengan adu kekuatan, unjuk ketangkasan, dan duel maut antar kelompok dengan membawa senjata tajam.
Ini, lanjutnya, menjadi PR semua yaitu generasi muda harus disuguhkan dengan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, bukan aktivitas yang sia-sia seperti tawuran, bentrokan, hedonisme, maupun fanatisme buta.
“Islam melarang ashabiyyah suku dan bangsa menjadi pengikat antar manusia. Islam membangun ikatan shahih yang mampu membangun dan memajukan generasi dan masyarakat yang berkepribadian mulia. Jangan sampai ada lagi tawuran untuk sesuatu yang tidak penting dan sia-sia,” tutupnya.[] Erlina