Hizbut Tahrir: Amerika Terlibat dalam Konflik Sudan

Hizbut Tahrir menuding Amerika Serikat sebagai aktor utama di balik konflik yang terus berlangsung di Sudan. Dalam pernyataan resminya, organisasi ini menyebut keterlibatan Washington bukanlah hal baru, melainkan bagian dari pola panjang campur tangan di berbagai konflik internasional, mulai dari Palestina hingga Timur Tengah dan Afrika.

“Amerika telah terbukti menjadi dalang di balik sejumlah konflik paling keji di dunia. Dari Ukraina hingga Palestina, dan kini Sudan, pola yang sama terus berulang: penggunaan senjata, dana, dan proksi untuk melanggengkan kepentingan geopolitiknya,” demikian pernyataan Hizbut Tahrir.

Menurut organisasi tersebut, sejak kemerdekaan Sudan pada 1956, negara ini tidak pernah lepas dari cengkeraman kekuatan asing. Awalnya Inggris, lalu bergeser ke Amerika seiring kebangkitannya sebagai kekuatan super dunia. Karena posisi strategis dan sumber daya melimpah, Sudan menjadi rebutan berbagai negara, termasuk Rusia, China, dan Prancis. Namun, Hizbut Tahrir menilai Amerika tetap menjadi “pengendali utama” melalui proksi-proksinya.

Hizbut Tahrir menyoroti keterlibatan Amerika dalam mendukung dua tokoh kunci yang kini bertikai: Abdel Fattah al-Burhan dari Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Mohammad Hamdan Dagalo (Hemedti) dari Pasukan Pendukung Cepat (RSF). “Keduanya sama-sama menumpahkan darah rakyat Sudan hanya demi melayani kepentingan Amerika dalam memecah belah Sudan, sebagaimana sebelumnya Sudan Selatan dipisahkan,” ungkap pernyataan itu.

Organisasi tersebut juga menegaskan bahwa Amerika menggunakan negara-negara seperti Arab Saudi, UEA, Mesir, dan Turki sebagai “pemain perantara” dalam menjaga kepentingannya di Sudan.

Dalam seruannya kepada rakyat Sudan, Amir Hizbut Tahrir, Syaikh Ata bin Khalil Abu ar-Rasytah, meminta masyarakat untuk tidak membiarkan negara mereka terus dikoyak konflik buatan. “Ambil alih kendali atas dua pihak yang berperang dan arahkan mereka ke jalan yang benar. Dukung Hizbut Tahrir dalam menegakkan Khilafah Rasyidah, karena di sanalah terdapat kemuliaan Islam dan kaum Muslim, serta kehinaan bagi kufur dan orang-orang kafir,” kata Abu ar-Rasytah dalam pernyataannya tertanggal 21 Mei 2025. []AF

 

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: