Hijrah Mengubah Kaum Muslim dari Keadaan Lemah Menjadi Kuat dan Berdaya

 Hijrah Mengubah Kaum Muslim dari Keadaan Lemah Menjadi Kuat dan Berdaya

Tahun baru Hijriah menandai dimulainya era baru, yang mengingatkan kita pada peristiwa Hijrahnya Nabi saw yang mulia, yaitu sebuah peristiwa yang mengubah keseimbangan kekuasaan dan mengubah kaum Muslim dari keadaan lemah, teraniaya, dan terkepung menjadi keadaan berkuasa dan berdaya.

Hijrah didahului oleh berbagai tindakan dan langkah besar yang membuka jalan bagi terlaksananya hijrah dan berdirinya negara. Tindakan-tindakan tersebut adalah:

1- Tahap pembinaan (at-tatsqīf), yaitu penyiapan sumber daya manusia (kader dakwah), pembentukan kepribadian Islam yang tercermin dalam mentalitas (‘aqliyah) dan kejiwaan (nafsiyah))-nya, serta pengelompokan mereka atas dasar akidah Islam. Kemudian setelah tiga tahun, mereka melakukan aksi keluar dengan berbaris dan melakukan thawaf, mengelilingi Ka’bah, dalam dua shaf. Satu shaf dipimpin oleh ‘Umar bin al-Khatthab, dan satu shaf lagi dipimpin oleh Hamzah bin ‘Abdul Muthallib. Mereka melakukan aksi dengan suatu pengorganisasian yang belum pernah dikenal oleh bangsa Arab sebelumnya. Aksi ini dilakukan sebagai jawaban atas perintah Allah SWT:

﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ﴾

Maka, sampaikanlah (Nabi Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (TQS. Al-Hijr [15] : 94).

2- Tahap berinteraksi dengan masyarakat (al-tafā’ul ma’a al-mujtama’), yaitu dengan terlibat dalam pertarungan pemikiran dan perjuangan politik. Pada tahap ini, cobaan dan malapetaka semakin berat menimpa Rasulullah saw dan para sahabat, semoga Allah meridhoi mereka semua, seperti adanya penolakan, penyiksaan, ejekan, propaganda, penentangan, pembunuhan, dan pengepungan. Dalam kondisi yang demikian ini, maka kesabaran, keteguhan, perilaku yang lurus, komitmen terhadap dakwah, dan pengorbanan menjadi hal yang menonjol dan tercermin dalam berbagai sikap kaum Muslim.

3- Tahap mencari dukungan (thalab al-nushrah) dan kekuatan, di mana Nabi saw biasa mendatangi suku-suku bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib. Nabi saw meminta mereka untuk beriman kepadanya dan mendukungnya guna menegakkan agama Allah. Sebagian dari mereka adan yang menolaknya dengan keras, sebagian lagi ada yang menunjukkan ketamakannya akan kekuasaan dan pengaruh. Nabi saw menjawab kepada mereka, “Urusan (kekuasaan) itu terserah kepada Allah, di mana Dia akan memberinya kepada yang Dia kehendaki”, hingga Allah memberinya anugerah berupa suku Aus dan Khazraj. Mereka beriman kepadanya dan berbaiat kepadanya pada Baiah al-Aqabah pertama dan kedua.

Setelah Baiah al-Aqabah kedua, yang juga dikenal sebagai Baiah Perang dan Dukungan, Nabi saw memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah. Nabi saw dan sahabatnya Abu Bakar kemudian berhijrah, setibanya di Madinah, mereka disambut oleh lima ratus prajurit berkuda dari kaum Anshar dengan senjata dan perlindungan. Sejak Nabi saw tiba di Madinah, beliau menjalankan kewenangannya. Beliau membangun masjid, yang berfungsi sebagai pusat dan kantor administrasi pemerintahan. Beliau menyelesaikan perselisihan dan persengketaan. Beliau mengirim surat kepada raja-raja Persia, Romawi, dan Arab, yang isinya menyeru mereka untuk masuk Islam. Beliau menyerahkan panji-panji kepada kompi dan tentara. Beliau menyusun Piagam Madinah, yang berfungsi sebagai konstitusi yang mengatur hubungan masyarakat. Dengan demikian, status kaum Muslim berubah dari yang lemah dan tertindas menjadi memiliki kedaulatan, kekuatan, dan kekuasaan.

Pada fase Mekkah, Rasulullah saw pernah melewati para sahabatnya yang tengah dianiaya, disiksa, dan dibunuh. Beliau bersabda kepada mereka, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena surga adalah tempat yang telah dijanjikan untuk kalian.” “Karena aku tidak memiliki sesuatu pun dari Allah untuk menolong kalian.” Akan tetapi, setelah berdirinya negara dan kekuasaan, perlakuan Nabi saw dalam menyikapi serangan kaum Quraisy terhadap sekutunya dari suku Khuza’ah berubah, yaitu ketika kaum Quraisy bersekutu dengan Bani Bakr untuk membunuh dan memerangi suku Khuza’ah. Ketika Amr bin Salim al-Khuza’iy datang untuk meminta pertolongan kepada Nabi saw, maka Nabi saw bersabda kepadanya, “Kamu telah ditolong wahai Amr bin Salim.” Kemudian Nabi saw memimpin pasukan, menaklukkan Mekkah, dan menyingkirkan entitas berdosa mereka yang selalu menyakiti dan menganiaya kaum Muslim. Beliau melenyapkan kemusyrikan dan kekufuran, sehingga seluruh Jazirah Arab menjadi Darul Islam. Itu adalah penaklukan yang hebat dan luar biasa.

Hari ini, saat kita menghirup harumnya hijrah dengan dimulainya bulan Muharram 1447 H, umat Islam hidup dalam keadaan lemah, terhina, terdegradasi, pembunuhan massal dan sektoral, kemiskinan, penyakit, pelanggaran kehormatan dan penodaan kesucian. Sementara kesombongan Amerika, Barat dan entitas Yahudi telah mencapai tingkat yang hebat dalam agresi dan pelanggaran kedaulatan negara-negara Muslim, serta perebutan pengaruh dan kendali negara-negara kolonial atas negeri-negeri kita, sampai pada titik mereka telah menyulut konflik dan menciptakan perang antara komponen-komponen satu negara karena perbedaan kesetiaan. Sehingga keadaan negeri-negeri Muslim telah menjadi seperti (sarang burung branjangan di jalan gajah)! Burung kecil ini (branjangan), yang hampir menjadi satu-satunya burung yang membangun sarangnya di tanah dan di antara tanaman pertanian di ladang gandum, sehingga ketika kawanan hewan menyerbu ladang untuk mencari makanan, mereka menginjak-injak sarangnya dengan kaki mereka, maka burung yang lemah itu tidak dapat mempertahankan sarangnya dan hanya dapat mengeluarkan kicauan kesusahan tanpa bantuan apa pun. Namun, jika gajah kebetulan melewati area sarang itu, maka bencana akan menjadi lebih besar, sebab gajah akan mengubur sarang-sarangnya di tanah.  Burung branjangan ini sedang menunggu tahun depan untuk membangun sarangnya lagi di jalur gajah!

Inilah keadaan umat Islam setelah Barat menghancurkan Khilafahnya dan mencabik-cabiknya menjadi negeri-negeri mini yang lemah, dengan menerapkan politik pecah belah (politik adu domba, divide et impera). Bahkan mereka mulai berkonflik di negeri kita untuk mendapatkan pengaruh, kendali, dan perampasan kekayaan. Hal ini menyebabkan pecahnya perang dengan mendorong rakyat negeri tersebut masuk ke dalam konflik, yang mengakibatkan kehancuran, kerusakan, dan pengungsian, seperti konflik yang terjadi sekarang di Sudan dan negeri-negeri Muslim lainnya.

Jalan keluar dari situasi ini adalah dengan menanggapi perintah Allah SWT.

﴿ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ﴾

Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (TQS. Ali Imran [3] : 103).

Dan usaha sungguh-sungguh untuk memulai kembali kehidupan Islam dengan menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, yang akan mempersatukan umat dan mengubahnya dari lemah menjadi kuat, dan dari kehinaan menjadi kemuliaan dan kebanggaan.

Inilah Hizbut Tahrir yang mengikuti jejak Nabi saw dan meneladaninya dalam mengubah kaum Muslim dari keadaan lemah menjadi kuat dan berdaya dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1- Tahap pembinaan dan perkaderan (marhalah at-tatsqīf)

2- Tahap interaksi dengan masyarakat (marhalah tafā’ul ma’a al-mujtama’)

3- Tahap penerimaan kekuasaan (marhalah tasallum zamām al-hukm)

Hizbut Tahrir menempuh langkah-langkah ini dengan penuh rasa optimis dan keyakinan akan kemenangan dari Allah, sambil terus berharap kepada Allah, semoga Allah SWT memberikan petunjuk kepada ahlun nushrah (mereka yang mampu memberikan dukungan dan pertolongan). Sehingga kemudian mereka para pengemban proyek (Khilafah) ini  bersatu dengan ahlun nushrah, maka akan terwujud kembali sebuah peristiwa baru, seperti hijrahnya Nabi Muhammad saw, yaitu dengan tegaknya kembali negara Khilafah Rasyidah kedua ‘ala minhājin nubuwah, yang menyatukan negeri-negeri Muslim, menghapus pengaruh Barat, memutus tangannya yang selalu mengulurkan tangan dengan kejahatan dan agresi, dan menyingkirkan entitas Yahudi. Dengan demikian kabar gembira itu akan terwujudkan, yaitu negara global yang akan menaklukkan negeri-negeri kaum kafir, menghancurkan kota-kotanya, serta mewujudkan kabar gembira tentang penaklukan Roma, insya Allah, bahkan seluruh kota dan ibu kota Barat, lalu mengubahnya dari Darul Kufri ke Darul Islam.

﴿وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللهِ﴾

Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang Mukmin, karena pertolongan Allah. ” (TQS. Ar-Rum [30] : 4-5). [] Abdullah Hussein (Abu Muhammad al-Fatih), Koordinator Pusat Komite Kontak Hizbut Tahrir di Wilayah Sudan

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 4/7/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *