Hasbi Aswar: Publik Cenderung Kurang Percaya Elite Terpilih

 Hasbi Aswar: Publik Cenderung Kurang Percaya Elite Terpilih

MediaUmat Pengamat Hubungan Internasional dari Geopolitical Institute Hasbi Aswar, Ph.D., menilai masyarakat di berbagai belahan dunia —terbaru di Filipina— kecenderungannya memang kurang percaya terhadap elite-elite yang terpilih dalam proses demokrasi di negaranya masing-masing.

“Masyarakat itu kecenderungannya memang kurang percaya terhadap elite-elite yang terpilih dalam proses demokrasi negara mereka gitu,” ujarnya dalam Kabar Petang: Giliran Filipina, Ahad (28/10/25) di kanal YouTube Khilafah News.

Hasbi pun mengutip, survei PRC (Pew Research Center) tahun 2019 yang menunjukkan negara-negara demokrasi di berbagai negara termasuk Indonesia, Korea Selatan, Jepang, di Eropa, Amerika Serikat, Australia, yang juga kecenderungannya percaya bahwa elite-elite yang mimpin mereka itulah elite-elite yang cenderung korup.

“Nah, ini yang terjadi Bung Anggi [host Kabar Petang] dan selama ini di berbagai negara demokrasi kita bisa melihat gitu, apalagi negara demokrasi dengan ekonomi pasar atau ekonomi neoliberal yang sangat luar biasa ya gitu. Karena saya kira ada juga negara-negara yang demokratis tapi ekonominya campuran itu dinamikanya berbeda,” bebernya.

Sedangkan Indonesia, Nepal, Filipina, Timor-Timur, Bangladesh, sebut Hasbi, itu adalah negara-negara demokrasi neoliberal yang dominannya di sana adalah pemilik modal.

“Sehingga permainan politik elite itu pada akhirnya hanya untuk kepentingan-kepentingan para pemodal atau kepentingan-kepentingan para elite sendiri,” bebernya.

Sehingga, beber Hasbi, dampaknya adala masyarakat menjadi tidak terurus dan itu berdampak pada berbagai macam masalah-masalah sosial, kemiskinan, pengangguran, putus sekolah dan macam-macam yang lainnya.

“Dan ketika kemiskinan meningkat, ketika harga-harga naik, ketika korupsi merajalela, ini kan mengakibatkan kemarahan masyarakat dan berujung pada demonstrasi besar-besaran protes, penjarahan, penghancuran, dan lain-lain sebagainya,” bebernya.

Demokrasi

Hasbi menilai, masalah demokrasi selama ini memang belum mendapatkan jawaban dari masalah internal yang terjadi, misalnya kelompok-kelompok tertentu atau kalangan-kelangan tertentu memiliki kekuatan yang lebih.

“Dalam demokrasi itu ada banyak kelompok-kelompok kepentingan. Demokrasi itu kan sebenarnya meniscayakan munculnya berbagai macam kelompok kepentingan yang bersaing satu sama lain untuk mendominasi dinamika politik itu,” bebernya.

Adapun kelompok kepentingan yang paling berkuasa kata Hasbi, adalah kelompok-kelompok pemodal untuk kepentingan bisnis mereka.

“Dan dampaknya bisa kita lihat ya adanya kesenjangan-kesenjangan ekonomi, korupsi dan lain-lain sebagainya, itu satu hal. Di sisi yang lain misalnya adanya dominasi keluarga di dalam politik ya akhirnya muncullah politik dinasti dan itu bisa terjadi negara-negara demokrasi ditambah lagi dengan modal yang mereka punya dan jejaring oligarki yang mereka punya,” bebernya.

Kemudian, lanjut Hasbi, demokrasi juga tidak menutup ruang bagi kelompok-kelompok etnis tertentu untuk berkuasa atau dominan, merepresi kelompok yang lain.

“Kemudian demokrasi juga tidak menutup kemungkinan munculnya otoriter-otoriter baru yang mereka ikut pemilu mengatasamakan rakyat tapi kemudian pada saat mereka menang mereka akhirnya membunuh politik demokrasi sendiri,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *