Harga Emas Meninggi Akibat Kapitalisme Menunjukkan Wajah Asli

MediaUmat – Kenaikan tajam harga emas dalam beberapa waktu terakhir dinilai Politisi Muslimah Sulistiawati Usman bukan semata fenomena pasar biasa melainkan karena kapitalisme global sedang menunjukkan wajah aslinya.
“Inilah wajah asli kapitalisme global: negara kuat menekan negara lemah lewat jalur ekonomi, bukan militer,” tegasnya kepada media-umat.com, Rabu (9/7/2025).
Ia kemudian memaparkan alurnya sehingga harga emas meroket dengan merujuk pada kebijakan Amerika Serikat (AS) yang baru-baru ini menaikkan tarif impor sebesar 25% terhadap barang-barang dari Korea Selatan dan Jepang.
Langkah ini disebut-sebut sebagai strategi proteksi industri dalam negeri, tetapi menurut Sulis, ada agenda tersembunyi di balik kebijakan tersebut.
“AS menggunakan tarif ini sebagai alat kontrol ekonomi global. Politik dagang dibungkus pajak ekonomi,” ujarnya.
Dampak dari ketegangan dagang ini adalah ketidakstabilan ekonomi global, yang mendorong para investor mencari aset aman. Emas pun menjadi pilihan utama, menyebabkan permintaannya melonjak dan harga ikut meroket. Sulistiawati menilai, kondisi ini justru menguntungkan AS yang memiliki cadangan emas terbesar di dunia, sekitar 8.133 ton.
“Saat harga emas naik, secara tidak langsung AS diuntungkan. Mereka punya aset besar yang nilainya makin tinggi,” jelasnya.
Lebih jauh, ia menyebut, sistem kapitalisme global telah menciptakan ketimpangan sistemik antara negara kuat dan lemah. Negara besar seperti AS terus memperkaya diri lewat skema ekonomi yang seolah sah, tapi pada kenyataannya menindas negara berkembang.
“Sementara itu, negara lain—termasuk Indonesia—hanya bisa membeli, bukan mengendalikan. Ironis padahal sumber daya kita melimpah,” tegasnya.
Menanggapi kondisi ini, Sulistiawati mengajak umat Islam terutama kaum ibu majelis taklim untuk tidak hanya fokus pada tren beli emas, tapi juga menyadari pentingnya perubahan sistem dan memahami akar masalah sistemik ini.
“Islam bukan hanya agama ritual. Islam juga memberikan solusi ekonomi lengkap. Emas dalam Islam bukan bahan spekulasi, tapi menjadi instrumen stabil. Sejarah khilafah membuktikan stabilitas moneter selama lebih dari 1.000 tahun dengan emas dan perak,” ungkapnya.
Menurutnya, jika Indonesia ingin berdaulat secara ekonomi, maka bukan hanya harga emas yang harus diawasi, tapi juga sistem yang menaungi transaksi dan kebijakan fiskal negara.
“Jika kita ingin negara ini maju namun berkah, tidak cukup hanya beli emas saat harganya naik. Kita butuh sistem ekonomi adil, transparan, dan berdasarkan syariah,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat