Gencatan Senjata Tidak Mengakhiri Penjajahan Zionis di Palestina
MediaUmat – Juru Bicara Forum Masyarakat Muslim Semarang Peduli Palestina Ustadz Abi Rahmadi menegaskan gencatan senjata antara entitas penjajah Zionis Yahudi dan Hamas pada Jumat (10/10) itu tidak berarti mengakhiri penjajahan entitas Yahudi di Palestina.
“Gencatan senjata, meski memberikan kelegaan sementara waktu, tetapi tidak berarti penjajahan Israel di Palestina berakhir,” ungkapnya dalam aksi bela Palestina di depan gedung DPRD Jawa Tengah, Ahad (19/10/2025).
Ia menegaskan hal itu, sebab entitas Yahudi dengan dukungan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Eropa akan terus menjadikan negeri Palestina di bawah penjajahan mereka.
Rahmadi menekankan alasan menolak upaya gencatan senjata yang diinisiasi Amerika Serikat itu, karena dinilainya sifatnya hanya menunda pembantaian. Mamun tidak menghentikan akar masalah, yaitu penjajahan. Gencatan senjata sejati haruslah diikuti dengan penarikan penuh seluruh pasukan dan permukim entitas penjajah Zionis Yahudi dari Palestina.
“Inisiatif Trump melakukan gencatan senjata di Gaza adalah upaya busuk untuk menghapus isu Palestina dan melegitimasi penjajahan Israel,” ungkapnya.
Proposal Trump
Rahmadi mengungkapkan, sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa Presiden AS Donal Trump telah memimpin pertemuan yang dihadiri pemimpin negeri Muslim seperti, Arab Saudi, UEA, Qatar, Mesir, Yordania, Turki, Indonesia, dan Pakistan yang dilakukan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB, pada Selasa (23/9/2025).
Dalam pertemuan itu, Trump diketahui mengajukan rencana 20 poin kepada para penguasa negeri Muslim itu. Hal yang paling menonjol di antaranya tuntutan pembebasan semua tahanan Zionis Yahudi yang ditahan Hamas, gencatan senjata permanen, dan penarikan bertahap tentara Yahudi.
Namun, pada salah satu poin perjanjian gencatan senjata itu menyatakan, “Semua infrastruktur militer, termasuk terowongan dan fasilitas produksi senjata, akan dihancurkan dan tidak akan dibangun kembali. Selanjutnya akan ada proses demiliterisasi Gaza di bawah pengawasan pemantau independent, dan tentara entitas Yahudi akan tetap menguasai sekitar 53% wilayah Jalur Gaza.”
“Sambutan para penguasa Muslim terhadap rencana tersebut mengonfirmasi bahwa mereka telah mengkhianati amanah umat dan menjadi pelayan bagi kepentingan imperialis Barat dan Zionis,” pekiknya.
Menyerahkan penyelesaian masalah Gaza kepada Trump padahal ia adalah pendukung utama agresi brutal Yahudi terhadap Gaza, menurut Rahmadi, adalah puncak pengkhianatan dan penghinaan terbesar bagi kaum Muslim.
Lebih lanjut ia menegaskan, menolak solusi dua negara karena merupakan pengkhianatan terhadap perjuangan dan hak umat Islam atas seluruh tanah Palestina. Karena itu, solusi tersebut adalah haram. Karena mengakui solusi dua negara berarti mengakui keberadaan entitas Zionis Yahudi di tanah yang seharusnya sepenuhnya milik kaum Muslim.
Jihad dan Khilafah
Lebih lanjut, Rahmadi menegaskan solusi tuntas permasalahan Palestina adalah jihad dan khilafah. Khilafah adaalah wujud hakiki persatuan umat Islam.
“Khilafah akan mengerahkan tentaranya untuk berjihad mengusir penjajah Israel dan berhadap-hadapan dengan negara negara penyokong Israel. Khilafah yang akan mengungkap dan menghancurkan rencana busuk negara penjajah dan kaki tangannya,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata Rahmadi, solusi Palestina hanya bisa terwujud jika umat Islam bersatu, berjuang, dan melaksanakan kewajiban agama untuk membebaskan tanah suci Palestina ini.
Jihad dan tegaknya khilafah adalah jalan kita. Tidak ada waktu lagi untuk menunda-nunda, karena setiap detik yang berlalu adalah penderitaan bagi rakyat Palestina. Kami mengajak seluruh umat Islam, para pemimpin, dan tentara Muslim di seluruh dunia untuk bersatu, mengakhiri penjajahan Zionis Israel dan negara-negara pendukungnya. Akhiri penderitaan Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya dari penjajahan sekarang juga,” pungkasnya.[] Alfia Purwanti
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

