Gaza Bukan Konflik Regional Biasa tetapi Pertarungan Ideologis Global

 Gaza Bukan Konflik Regional Biasa tetapi Pertarungan Ideologis Global

MediaUmat Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyatakan, yang terjadi di Gaza bukan konflik regional biasa tetapi pertarungan ideologis global.

“Apa yang terjadi di Gaza bukan konflik regional biasa. Ini adalah pertarungan ideologis global,” ujarnya kepada media-umat.info, Kamis (3/7/2025).

Menurut Farid, di satu sisi, dunia Barat yang mengusung liberalisme dan kapitalisme terus mengokohkan dominasi dengan penjajahan dan pemusnahan sistematis terhadap umat Islam. Di sisi lain, rakyat Palestina meski lemah secara senjata tetapi menjadi simbol perlawanan terhadap dominasi tersebut.

Mengutip laporan terbaru Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese, Farid menyebut, lebih dari 60 perusahaan multinasional yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam genosida Israel terhadap rakyat Palestina.

“Di balik daftar tersebut, terbaca jelas bahwa genosida ini bukan hanya kejahatan militer Israel semata. Tetapi telah menjadi proyek bersama kapitalisme global, yang memperlihatkan wajah aslinya: rakus, kejam, dan tak mengenal batas moral,” simpul Farid.

Farid mengatakan, dalam laporan PBB itu menyebut raksasa-raksasa dunia seperti Microsoft, Amazon, Google (Alphabet), Lockheed Martin, Elbit Systems, hingga Caterpillar dan Chevron berkontribusi besar dalam proyek penghancuran Gaza.

Sehingga Farid menilai, apa yang dilakukan Israel memang kejahatan negara, tetapi dukungan sistemik dari perusahaan-perusahaan kapitalis ini menunjukkan genosida terhadap umat Islam bukan hanya agresi politik, tetapi bagian dari mesin sistem kapitalisme global.

Terakhir, Farid membeberkan, sistem dunia hari ini memperlihatkan kegagalannya: PBB hanya menjadi penonton, negara-negara Muslim bungkam, dan korporasi global menjadi aktor utama dalam pembantaian.

Oleh karena itu, Farid menegaskan, dalam kondisi gelap seperti ini, dunia memerlukan cahaya. Dan cahaya itu bukan berasal dari demokrasi yang rusak atau kapitalisme yang mematikan, melainkan dari sistem yang menempatkan manusia, bukan uang, sebagai pusat kebijakan. Itulah Islam, yang bukan hanya agama spiritual, tetapi sistem kehidupan lengkap: politik, ekonomi, hukum, hingga hubungan internasional.

“Hari ini kita menyaksikan akhir dari ilusi dunia. Sistem global butuh alternatif, dan satu-satunya alternatif itu adalah Islam dalam naungan Khilafah,” pungkas Farid.[] Agung Sumartono

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *