Forum Tokoh Riau: Dampak Sekulerisme, Islam Harus Tunduk kepada Budaya

Mediaumat.id – Merespon ucapan menag dalam salah satu podcast dedi corbuzier beberapa waktu lalu, yang mengatakan Islam adalah agama pendatang dan harus menyesuaikan dengan budaya lokal. Puluhan Tokoh Riau yang tergabung dalam Forum Tokoh Riau merespon dengan melakukan pertemuan dan diskusi terbatas pada Ahad 27 november 2022.

Dalam pertemuan yang diadakan di salah satu hotel di Pekanbaru tersebut, dihadiri setidaknya 80 tokoh riau dari berbagai kalangan, Tokoh Agama, Tokoh Budayawan, Tokoh Politik, Intelektual, hadir Juga Tokoh-Tokoh Pengusaha.

Diantara tokoh yang hadir ada Yana Mulyana (Pembina PERSIS Riau dan FKUB Riau), Wan Abu Bakar (Mantan Gubernur Riau 2008), UU Hamidy (Budayawan Senior Riau), Muhammadun (Tokoh Agama Riau), Yana Patriana (Pengusaha Riau), Islam Basri (DPP Masyarakat Tanpa Riba)

Ketua Panitia, Muhammad Ihsan menyampaikan Tujuan ditaja nya agenda ini adalah sebagai Wadah silaturahmi antar tokoh Riau, “Jadi tujuan acara ini diadakan pertama sebagai wadah silaturahmi antar tokoh Riau, kemudian yang kedua kita mengadakan dalam rangka sebagai ajang untuk tukar pikiran, karena ya memang yang kita undang adalah para tokoh-tokoh di Riau maka kita membuat wadah untuk bisa tukar pikiran diantara masyarakat untuk membicarakan, membincangkan terkait persoalan yang melanda umat, kemudian yang ketiga tujuan nya adalah sebagai bentuk kepedulian kita atas kondisi masyarakat karena memang masyarakat kita yang heterogen tentu banyak persoalan-persoalan yang perlu kita sikapi, perlu kita berikan solusi agar masyarakat ini punya semacam standarisasi, sehingga statmen dari para tokoh bisa menjadi rujukan bagi masyarakat seecara umum” demikian beliau memaparkan.

Sejak pukul 06.00 WIB panitia sudah terlihat sibuk melakukan persiapan di lokasi acara, menurut penuturan salah satu panitia, registrasi rencana akan dibuka pukul 08.00 WIB, karena acara akan di mulai pukul 09.00 WIB, tapi ternyata peserta sangat antusias sehingga pukuul 07.30 WIB, peserta sudah mulai berdatangan. Terpantau hingga pukul 09.00 WIB peserta masih terus berdatangan, bahkan panitia harus mondar-mandir untuk menambah kursi, karena kursi yang sebelum nya persipakan sudah penuh sesak oleh perserta yang hadir.

Agenda yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB tersebut berlangsung sangat hangat, di mulai dengan pembukaan oleh MC Sulaiman dilanjutkan dengan pembacaan tilawah oleh Ustadz Agus, yang melantunkan dengan merdu beberapa ayat dari Surah Ar Rahman, peserta terlihat sangat khusuk mendengarkan nya.

MC memberikan mic kepada Marizal selaku moderator untuk menahkodai jalannya diskusi, dengan memanggil dua pembicara yaitu Prof. Alaidin Koto yang merupakan Guru Besar di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim dan pembicara kedua yakni Prof. Fahmi Amhar beliau adalah Peneliti Sistem Informasi Spasial dan Dosen Geosains & Sejarah Peradaban Islam.

Diskusi diawali dengan pemaparan materi oleh Prof. Fahmi Amhar, beliau menyampaikan latar belakang dari adanya sikap phobia terhadap Islam, menurut beliau sikap beberapa orang dan tokoh publik di negeri ini yang phobia terhadap Islam dilandasi oleh pemikiran sekulerisme, yakni paham yang memisahkan kehidupan dari aturan Agama Islam.

Meneurut Prof. Fahmi Amhar, yang menjadi konsekuensi dari pemahaman sekulerisme ini maka Islam harus tunduk terhadap budaya yang ada, “Konsekuensinya apa, dari pendapat pak menteri itu ialah dia akan menomor satukan manusia di atas agama, agama harus tunduk pada budaya, ibaratnya kalau sholat berjamaah imamnya itu budaya, agama di belakangnya” tutur beliau.

Diakhir pemaparannya Prof. Fahmi memberikan penutupan bahwa Islam harus menjadi standar “Apakah Islam harus tunduk kepada budaya? Seharusnya Islam menjadi standar, Jangan dibalik. Karena budaya itu produk manusia, sementara Islam Turun langsung dari Allah” terang beliau.

Pembicara kedua, guru besar UIN SUSKA Riau Prof. Allaidin Koto menambahkan, Islam bukan datang dari Arab “Islam bukan datang dari Arab, tapi Islam datang dari Allah yang kebetulan turun nya dai tanah Arab, sengga orang-orang arab lah yang menyebarkan Islam ke penjuru dunia” tutur beliau.

Menguatkan apa yang disampaikan oleh pemateri pertama, beliau juga menegaskan bahwa adat yang ada, meski sudah ada terlebih dahulu, ia harus menyesuaikan dengan agama Islam “Adat basendi sara, makna nya, meski adat sudah ada terlebih dulu, namun adat harus menyesuaikan dengan sandi (dasar/pondasi) yang datang kemudian” tegas beliau.

Setelah pemaparan dari kedua pembicara, Marizal memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan memberikan tanggapan, antusiasme para tokoh terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya dan memberikan tanggapan, di sesi pertama saja tercatat lebih dari lima peserta yang memberikan tanggapan dan pertanyaan.

Salah satu tokoh Riau, Yana Mulyana menyampaikan pendapatnya bahwa Ummat Islam harus berani meninggalkan budaya yang ttidak sesuai dengan Islam “Budaya yang sesuai dengan Islam, maka itu merupakan suatu khasanah, dan yang tidak sesuai dengan Islam, kita harus berani meninggalkan nya” tegas beliau.

Sementara itu mantan gubernur Riau Wan Abu Bakar menyampaikan kerisauannya “Terkait arab phobia ini saya khawatir, hal ini ada kepentingan untuk mempertahanakan eksistensi daripada kekuasaan jangan sampai dipegang oleh orang Islam “ beliau melanjutkan “Sebagaimana yang dikatakan oleh M Natsir, yang mereka takuti itu adalah Islam Politik, itulah yang perlu kita sikapi, bahwa tidak bisa dipisahkan Islam dengan Politik”.

Demikian hangat dan penuh keseriusan dalam membahas maslah Umat ini, hingga tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 11.45 WIB, panitia terlihat sudah mengingatkan meoderator untuk segera mengakhiri diskusi.

Diskusi tookoh Riau ini di akhiri dengan pembacaan do’a oleh ustadz Daeng Muhlis, setelah di tutup oleh MC, dilanjutkan dengan penyerahan cindera mata olehe ketua panitia kepada pembicara, dan sebagai pamungkasnya di tutup dengan sesi foto bersama. [adz]

Share artikel ini: