MediaUmat – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menilai solusi dua negara untuk masalah Palestina adalah mitos.
“Ya, padahal justru di situ adalah persoalannya dan solusi dua negara ini bisa dikatakan mitos begitu ya,” tuturnya dalam Kabar Petang: Deklarasi New York Bicara Damai, G44Z@ Terus Dibom, Kamis (7/8/2025) di kanal YouTube Khilafah News.
Karena, jelas Farid, sebenarnya sampai sekarang entitas penjajah Zionis Yahudi tidak pernah berniat mengizinkan ada negara Palestina yang benar-benar merdeka dan berdaulat.
“Kalau kita lihat wilayah Palestina yang tersisa itu adalah wilayah Palestina yang terfragmentasi dan tidak layak disebut negara. Misalnya antara Gaza dan Tepi Barat ya mereka tuh sudah kecil, terpisah, dan ini menunjukkan ya realitas kolonial itu tetap utuh ya. Israel tetap memegang kendali militer, udara, dan ekonomi,” ujarnya.
Sehingga, lanjut Farid, bisa dikatakan bahwa solusi dua negara yang ditawarkan oleh Barat adalah solusi yang yang sama sekali tidak solutif karena solusi dua negara ini adalah solusi yang tetap mempertahankan eksistensi entitas penjajah Zionis Yahudi.
“Kita harus memahami bahwa semua solusi yang ditawarkan oleh negara-negara Barat yang diprakarsai oleh negara-negara Barat itu adalah solusi yang tetap mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi,” ucapnya.
Gagal
Dengan kata lain, lanjut Farid, solusi dua negara ini telah gagal bahkan sebelum dijalankan.
Kalaupun diakui keberadaan negara Palestina itu, kata Farid, adalah negara Palestina yang faktanya sudah lemah karena dibatasi dan terpisah menjadi dua daerah yaitu Tepi Barat dan Gaza.
“Ya, justru di sini persoalan mendasarnya. Karena selama solusi-solusi yang ditawarkan itu tetap mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi, maka persoalan itu tidak akan pernah selesai. Sebutlah seperti yang dikatakan tadi sejak perjanjian Oslo pada tahun 1993 yang itu digambarkan sebagai jalan menuju perdamaian tapi realitas di lapangan justru menunjukkan ekspansi sistemik Israel atas tanah Palestina terus berlanjut, lebih dari 60% wilayah Tepi Barat kini berada di bawah kontrol penuh Israel yang disebut dengan Area C ya. Jadi terdapat lebih dari 200 pemukiman ilegal yang terus berkembang dan dijaga oleh tentara Israel ya,” ungkapnya.
Jadi, papar Farid, kalau kita lihat infrastruktur apartheid, seperti tembok pemisah dan pos pemeriksaan yang mengisolasi komunitas Palestina itu justru terus meningkat.
Kemudian, imbuh Farid, ada banyak pos pemeriksaan di Tepi Barat. Apalagi sudah dipastikan negara Palestina yang ada itu adalah negara Palestina yang dibuat tidak mengancam keberadaan entitas penjajah Yahudi.
Ia menyimpulkan, pungkas Farid, bahwa solusi dua negara ini berfungsi sebagai alat politik untuk menghentikan perlawanan bersenjata dan untuk menghancurkan aspirasi perjuangan membebaskan tanah Palestina, serta mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi lewat pengakuan internasional.[] Novita Ratnasari
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat