FIWS: Konflik Kashmir Warisan Imperialisme Inggris

 FIWS: Konflik Kashmir Warisan Imperialisme Inggris

MediaUmat.info India dan Pakistan yang saat ini terlibat dalam eskalasi militer yang berkembang pesat dan mengancam meledak menjadi perang besar-besaran karena masalah Kashmir, menurut Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi sebagai warisan dari imperialisme Inggris.

“Konflik Kashmir sebagai warisan imperialisme Inggris yang membagi India menjadi dua negara (India dan Pakistan) melalui strategi divide et impera,” tuturnya kepada media-umat.info, Ahad (11/5/2025).

Menurutnya, pemisahan tersebut bukan solusi atas konflik agama, melainkan upaya memecah-belah kekuatan umat Islam agar tidak memiliki entitas politik bersatu yang mengancam hegemoni kolonial.

“Penghapusan Khilafah Utsmaniyyah tahun 1924 sebagai titik balik utama yang memungkinkan terjadinya konflik ini. Setelah Khilafah runtuh, umat Islam kehilangan satuan politik global yang mampu melindungi wilayahnya, termasuk Kashmir, dari penjajahan dan intervensi asing,” ujarnya.

Farid menilai, konflik Kashmir bukanlah konflik yang “alami”, melainkan konflik buatan (artificial conflict) yang sengaja dipelihara oleh kekuatan besar, khususnya Barat dan lebih khusus lagi Amerika Serikat, demi kepentingan geopolitik dan pengaruh strategis di kawasan Asia Selatan.

“Konflik ini dimanfaatkan untuk, pertama, mengontrol India dan Pakistan agar tetap tergantung pada dukungan militer dan diplomatik Barat. Kedua, menjaga instabilitas regional agar negara-negara Muslim tidak bersatu dalam satu entitas kekuasaan,” jelasnya.

Solusi

Semua solusi yang ditawarkan oleh komunitas internasional, kata Farid, termasuk PBB, perundingan bilateral, atau pendekatan regional seperti SAARC, tunduk pada logika Barat dan status quo internasional yang tidak adil.

Sehingga, jelasnya, semua pendekatan internasional terhadap isu Kashmir ala komunitas internasional (PBB) setidaknya melahirkan tiga masalah. Pertama, tidak menempatkan wilayah ini sebagai bagian integral dari umat Islam. Kedua, tidak mengakui hakikat konflik sebagai penjajahan oleh India atas tanah Islam. Ketiga, mengabaikan penderitaan rakyat Kashmir atas nama stabilitas geopolitik.

Ia menilai, solusi utama terhadap konflik Kashmir adalah tegaknya kembali khilafah Islam yang setidaknya akan melakukan tiga hal. Pertama, menghapus batas-batas nasional buatan seperti India dan Pakistan.

Kedua, menyatukan umat Islam dalam satu negara global yang akan membebaskan wilayah Muslim dari penjajahan, termasuk Kashmir, Palestina, dan lainnya.

Ketiga, mengerahkan kekuatan militer (jihad) untuk membebaskan wilayah Muslim yang dijajah, bukan atas nama nasionalisme atau kepentingan diplomatik.

“Kashmir adalah tanah Islam, dan wajib atas umat Islam membebaskannya sebagaimana mereka membebaskan tanah-tanah yang dijajah lainnya. Perundingan dengan penjajah bukan solusi, tetapi bentuk pengkhianatan terhadap darah para syuhada Kashmir,” tandasnya.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *