MediaUmat – Amerika Serikat selalu memakai lima resep lama dalam memecah belah hingga menguasai Sudan. Hal itu disampaikan Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wajdi kepada media-umat.com, Ahad (9/11/2025) ketika memberikan tips memahami secara sederhana pola berulang AS di Jantung Afrika tersebut.
Pertama, ciptakan konflik internal. AS, jelas Farid, memecah-belah rakyat Sudan berdasarkan suku, etnis, ataupun militer. Dulu, memecah dengan isu Utara versus Selatan hingga akhirnya Sudah Selatan terlepas. Sekarang, konflik sipil bersenjata RSF dan militer Sudan SAF.
“Tujuannya, agar negara lemah dan mudah dikendalikan,” tegas Farid.
Kedua, biarkan terjadi kekejaman. Menurut Farid, AS diam atau pura-pura tidak tahu saat terjadi pembantaian dan pelanggaran HAM terhadap warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
“Tujuannya, mengumpulkan ‘bukti’ untuk menekan pihak yang nanti ingin dikendalikan,” ungkapnya.
Ketiga, masuk dengan dalih “Perdamaian dan HAM”. Setelah situasi kacau, sebut Farid, AS tampil sebagai ‘penyelamat’ lewat: tekanan diplomatik, sanksi ekonomi, ataupun intervensi kemanusiaan (PBB, NGO, ICC).
“Tujuannya, melegitimasi kehadiran dan pengaruhnya secara resmi,” jelas Farid.
Keempat, pisahkan atau bentuk wilayah baru. Farid pun mencontohkan Sudan Selatan yang lepas dari Sudan pada 2011. “Seperti Sudan Selatan dulu, kini Darfur berpotensi jadi target berikutnya,” prediksi Farid.
Tujuannya, jelas Farid, untuk menguasai sumber daya alam yang berlimpah. Mulai dari minyak, emas, hingga uranium. Selain itu, posisi Sudan yang strategis di kawasan hingga dijuluki The Heart of Africa (Jantung Afrika) pun menjadi incaran.
Kelima, kendalikan pemerintah baru. Setelah konflik ‘selesai’, sebut Farid, AS membantu rezim baru. Namun dengan syarat: politik, utang, dan bantuan luar negeri.
“Tujuannya, memastikan Sudan tetap berada dalam orbit Amerika!” tegas Farid.
Waspadai Terjadi di Indonesia
Dengan pola yang sama yakni memecah lalu kuasai, menurut Farid, kaum Muslim di berbagai negeri Islam termasuk Indonesia harus waspada karena tidak tertutup kemungkinan dilakukan pula oleh AS selain di Sudan.
“Waspadai pola Amerika memecah Sudan terjadi di Indonesia!” tegasnya.
Apalagi, sebutnya, sejarah menunjukkan bahwa sebuah negara tidak selalu hancur karena serangan dari luar — sering kali, kehancuran berawal dari perpecahan di dalam negeri sendiri.
“Indonesia pernah mengalaminya saat Timor Timur terlepas, dan banyak pihak menilai bahwa campur tangan asing memainkan peran besar di balik proses tersebut,” terang Farid.
Kini, jelasnya, di berbagai belahan dunia, pola yang sama tampak kembali digunakan — isu kemanusiaan dan konflik internal dijadikan pintu masuk untuk mengintervensi kedaulatan negara lain.
“Memahami pola ini, penting untuk mengetahui siapa musuh kita sebenarnya. Tidak lain adalah Amerika. Negara rakus yang kerap merampok negara yang kekayaan alamnya melimpah seperti Indonesia. Karena itu negeri ini harus waspada terhadap sepak terjang negara imperialis ini,” tegasnya.
Kaum Muslim pun, ungkap Farid, harus tahu kekuatan sendiri yaitu Islam. Yang akan menyatukan negeri ini, mengokohkannya, tanpa menyingkirkan pihak lain. Sebab Islam agama rahmatan Lil alamin.
Ia pun menegaskan pentingnya belajar dari pengalaman bangsa lain — supaya Indonesia tidak mudah diadu-domba dan tidak terjebak dalam skenario perpecahan yang sama yang dilakukan AS.[] Joko Prasetyo
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat