Financial Times: “Kemerosotan Berbahaya Amerika Menuju Kebencian Bersama”

Surat kabar internasional membahas retorika kekerasan yang menyusul pembunuhan aktivis sayap kanan Charlie Kirk, sebagai bagian dari serangkaian kekerasan politik seperti yang terjadi pada tahun 1960-an, dengan pembunuhan Martin Luther King dan Robert Kennedy.

Surat kabar tersebut memandang dengan perbedaan besar penularan balas dendam yang melanda Amerika, dan bahwa tanah di sana menjadi subur akan pembunuhan politik. Pertengkaran verbal yang terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat AS, mengenai keheningan atas pembunuhan Kirk, merupakan “inti dari kebencian politik timbal balik di Amerika.”

Penulis mengulas insiden kekerasan “yang meningkat” selama beberapa tahun terakhir, seperti insiden pecahnya tengkorak suami mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada tahun 2022, konspirasi tahun 2020 untuk menculik gubernur Michigan yang berhaluan Demokrat, dan upaya gagal pada tahun 2022 untuk membunuh seorang hakim konservatif di Mahkamah Agung. Surat kabar tersebut menyimpulkan dengan menyebutkan peristiwa yang paling terkenal, yaitu penyerbuan gedung Capitol pada tahun 2021 setelah kekalahan Trump dalam pemilihan tahun 2020, diikuti oleh upaya pembunuhan Trump selama kampanye pemilihannya yang terakhir.

Surat kabar tersebut menunjukkan bahwa Trump dan ajudannya Stephen Miller, bahkan Elon Musk, memanfaatkan pembunuhan Kirk untuk menggambarkan diri mereka dan pendukung sayap kanan mereka sebagai korban konspirasi dari kaum kiri ekstrem.

Surat kabar tersebut memperkirakan bahwa kemampuan Amerika untuk menghindari saling tuding dan kemungkinan kemerosotannya menjadi lebih buruk, selalu ada. Namun demikian, sulit membayangkan hal itu tanpa kepemimpinan dari presiden negara tersebut. Demikianlah Amerika menjalani fase berbahaya dalam kehidupan politiknya yang dapat mengarah pada kehancuran total.[]

Share artikel ini: