Filolog: Pernyataan Menteri Israel Soal Palestina Ngawur Tidak Berdasar

Mediaumat.id – Pernyataan menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich yang menuding bangsa Palestina tidak pernah ada, dinilai sebagai ungkapan ngawur tidak berdasar. “Pernyataan Bezalel Smotrich itu jelas ngawur, tak berdasar, bahkan dusta,” ujar Filolog Salman Iskandar kepada Mediaumat.id, Sabtu (25/3/2023).
Untuk diketahui sebelumnya, Smotrich sendiri yang merupakan seorang nasionalis sayap kanan Yahudi, menilai Palestina hanyalah sebuah gagasan kebangsaan yang muncul sebagai respons atas gerakan Zionis dalam mendirikan Israel.
“Siapa raja Palestina pertama? Bahasa apa yang digunakan orang Palestina? Apakah pernah ada mata uang Palestina?” ucap Smotrich dalam pidatonya di Paris, Selasa (21/3).
“Apakah ada sejarah atau budaya asli Palestina? Tidak ada apa-apa. Tidak ada yang namanya orang Palestina,” lanjutnya.
Tetapi kata Salman, bangsa Palestina yang disebut Smotrich itu merupakan bangsa Arab yang bermukim di wilayah Palestina dan keberadaannya jauh sebelum berdirinya Israel tahun 1948. “Bahkan sebelum Smotrich lahir ke dunia,” imbuhnya.
Dengan kata lain, Palestina sebagai identitas bangsa sebenarnya sudah ada bahkan sebelum deklarasi pendirian Negara Israel, 14 Mei 1948, yang sebelumnya juga pada tahun 1947, PBB dengan sewenang-wenang membagi dua wilayah Palestina. “Palestina sebagai identitas bangsa itu sudah wujud sebelum adanya Israel,” tegas Salman.
Malahan lebih jauh lagi, penghuni teritorial Palestina juga dikenal sebagai bangsa Filistin atau Filistea. “Penghuni teritorial yang disebut sebagai Palestina adalah bangsa Filistin atau Filistea yang bermukim di sana sejak Abad ke-12 SM,” ungkapnya, seraya mengatakan etnik mereka tiada berbeda dengan orang-orang Arab saat ini.
Secara historiografi, ketika nabi Bani Israil pertama, yakni Ya’qub (Israil) as sekeluarga meninggalkan tempat tinggalnya untuk bergabung dengan putra kesayangannya, Yusuf as pada abad 18-17 SM di Mesir, disebutkan bahwa bangsa Balisthiniyun dari utara Syam, khususnya dari Aegea memasuki wilayah yang ditinggalkan Nabi Ya’qub tersebut.
“Nama Balisthiniyun ini pula yang akhirnya disematkan pada nama Filistea, Filistin hingga kini kita mengenalnya dengan nama Palestina,” bebernya.
Penting diketahui lebih lanjut, tatkala Bani Israil datang kembali ke Yerusalem, Palestina, pada masa Nabi Dawud as berikut Raja Jalut atau Goliath sebagai penguasanya, bangsa Balisthiniyunlah yang lantas membangun peradaban kuasa dunia di wilayah tersebut, hingga raja-raja penguasanya bertahta di sana.
Makanya, kata Salman, apabila Smotrich menanyakan siapa Raja Palestina pertama, apa bahasanya, mata uangnya, tanya saja balik ke dia, “Sudahkah kamu belajar tentang kaum Balisthiniyun?” demikian pertanyaan yang layak dilontarkan.
Pun dengan pertanyaan perihal pemimpin bangsa Arab Palestina khususnya Muslim, maka jawaban sahihnya, Khalifah Umar bin Khatthab ra adalah ‘raja’ pertama bangsa Muslim Palestina. Pasalnya selain penguasa, Umarlah yang membebaskan Palestina dari kekuasaan Romawi Byzantium kala itu.
Begitu pula tentang bahasa yang digunakan di sana yang tentunya bahasa Arab. “Sedangkan mata uang yang dipakainya adalah dinar dan dirham,” imbuhnya.
Makanya, ia menuturkan, apa pun alasannya tak ada hak Yahudi Zionis Israel membantai, mengusir dan merampas bumi Islam Palestina. Kecuali mereka memosisikan diri sebagai teroris, agresor, penjajah sehingga negaranya pun layak disebut sebagai apartheid, fasis dan chauvinis.
Dengan demikian, ia juga menyebut bahwa Israel sebenarnya bukan sekadar musuh bangsa Palestina, tetapi seluruh umat manusia. “Hakikatnya, Israel bukan hanya musuh bangsa Palestina dan umat Islam, tetapi sesungguhnya Israel adalah musuh umat manusia seluruhnya,” pungkasnya.[] Zainul Krian