Mediaumat.news – Pernyataan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menyebut sudah ada penyusupan paham komunis di tubuh TNI, harus dipahami sebagai bentuk kewaspadaan bahwa ideologi komunis itu masih ada dan merupakan bahaya laten bagi negeri ini.
“Pernyataan mantan Panglima TNI tersebut harus dipahami sebagai bentuk kewaspadaan bahwa ideologi komunis itu masih ada dan merupakan bahaya laten bagi negeri ini, terutama bagi kita sebagai kaum Muslim,” tutur Filolog Salman Iskandar kepada Mediaumat.news, Rabu (29/9/2021).
Menurutnya, hal ini disebabkan karena paham komunisme bertentangan dengan Islam dan syariatnya. “Tidak menutup kemungkinan pula, paham anti Tuhan dan syariat agama ini pun telah menyusup ke dalam lingkungan militer,” ujarnya.
Ia melihat penghapusan diaroma terkait PKI di Museum Kostrad sebagai upaya penghapusan jejak jahat PKI. “Indikasinya memang mengarah ke sana. Sudah lazim diketahui diorama tersebut memberikan informasi bahwa di Markas Kostrad itulah, Pak Harto dan Sarwo Edhie memimpin penumpasan PKI,” ungkapnya.
Salman menilai persoalan G30S sebetulnya tidak melulu kejahatan PKI, tapi lebih daripada itu, yakni kelihaian nekolim (AS) dalam kontra intelijen/kontra revolusi untuk menggantikan kepemimpinan nasional dari yang anti AS menjadi pro AS. “Soal kejahatan PKI terhadap kaum Muslim, khususnya para ulama sudah dimulai sejak pemberontakan kaum komunis itu pada 1917, 1926, 1948 hingga 1965,” jelasnya.
Menurutnya, kaum komunis itu melakukan aksi-aksi sepihak menyerobot lahan-lahan pertanian, perkebunan, tambak dan balong milik para kiai dan pondok pesantren yang diklaim sebagai hak bersama proletar. “Saat terjadi resistensi, maka tidak segan orang-orang kiri tersebut membantai umat Islam. Peristiwa Gorang Gareng menjadi saksi kejahatan PKI tersebut,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it