FDMPB: Guru Sengsara dalam Sistem Kapitalisme
MediaUmat – Menyoroti kebijakan paruh waktu bagi guru PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB), Dr. Ahmad Sastra, menyebut guru saat ini hidup dalam kesengsaraan akibat sistem kapitalisme.
“Guru sekarang itu sengsara, sangat sengsara,” ujarnya dalam program Kabar Petang: PPPK Paruh Waktu, Kebijakan Absurd? di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (28/10/2025).
Menurut Ahmad, akar masalahnya terletak pada sistem sekularisme pada level makro. Nilai-nilai luhur dari ajaran Islam dipisahkan dari kehidupan, lalu digantikan dengan nilai-nilai kapitalistik dan sekularistik yang diambil dari Barat.
Padahal, lanjutnya, secara sosiologis masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam. Dari sisi geografis pun, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah.
“Tunggu apa lagi kalau begitu? Kita butuh orang-orang yang berpikir lebih cerdas, jujur, dan berani mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu untuk menjadi inspirasi bagi negeri ini,” tegasnya.
Ahmad menambahkan, dalam pandangan Islam, bahkan hewan-hewan pun dijamin kesejahteraannya, apalagi guru yang jelas dimuliakan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ia mencontohkan, dalam sejarah kekhalifahan Islam, guru dan penulis sangat dihormati. Pada masa Khalifah Al-Ma’mun, hasil tulisan bahkan ditimbang dengan emas.
“Misalnya, kalau Mas Nanang (host Kabar Petang) menulis buku seberat dua kilo, maka [Mas Nanang] akan diberi emas dua kilo juga,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pada masa itu, negara membeli buku tersebut, mencetaknya dalam jumlah besar, dan membagikannya secara gratis kepada masyarakat. Sementara penulisnya sudah memperoleh imbalan besar dari negara.
“Sekarang justru berbeda. Guru menulis buku harus modal sendiri dan menjualnya sendiri. Kalau laku, baru dapat uang,” keluhnya.
Sebagai solusi, Ahmad menyatakan bahwa petunjuk sebenarnya sudah jelas — baik secara normatif dalam Al-Qur’an, maupun secara historis dalam sejarah peradaban Islam.
Ia menegaskan, penerapan sistem sekularisme membuat guru hidup dalam ketidakpastian dan kesengsaraan.
“Secara empiris, faktanya ketika sekularisme diterapkan, guru hidup dalam ketidakpastian. Tidak ada jaminan masa depan, pensiunan kecil — sebulan hanya sekitar satu juta rupiah. Perbedaannya luar biasa,” pungkasnya.[] Nur Salamah
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat