FDMPB: Dunia Harus Posisikan Israel sebagai Penjajah

MediaUmat – Menanggapi rencana implementasi solusi dua negara atas permasalahan Palestina, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra mengatakan, agar solusi yang diambil menjadi lebih tegas dan jelas mestinya seluruh negara di dunia memosisikan Israel sebagai negara penjajah.
“Mestinya seluruh negara di dunia memposisikan Israel sebagai negara penjajah, agar solusi yang diambil menjadi lebih tegas dan jelas,” ujar kepada media-umat.com, Sabtu (31/5/2025).
Ahmad melihat, dari sudut pandang bahwa Israel adalah penjajah, banyak argumen untuk solusi dua negara mengandung kesalahan logika yang menyamakan penjajah dan yang dijajah, mengabaikan realitas kekuasaan yang timpang, dan menggambarkan kompromi palsu sebagai keadilan.
Ahmad menegaskan, ajaran Islam sangat jelas dalam menyelesaikan penjajahan, karena menyentuh aspek teologis, sejarah perjuangan umat, dan etika keadilan dalam Islam. Cara Islam menyelesaikan masalah penjajahan tidak hanya berdasarkan teks (dalil), tetapi juga praktik umat Islam dalam sejarah.
Menurutnya, Islam secara tegas menolak penjajahan dan penindasan, baik secara fisik, ekonomi, maupun kultural. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah: 279 yang berbunyi, “Janganlah kalian menzalimi, dan jangan pula dizalimi.”
Dengan demikian, tegas Ahmad, dalam Islam penjajahan adalah bentuk kezaliman. Dan membebaskan orang dari penjajahan adalah bagian dari jihad fii sabilillah.
Dalam Islam, kata Ahmad, keadilan dan tauhid menjadi prinsip dasar pembebasan, bukan penguasaan atau balas dendam. Jihad melawan dan mengusir penjajah adalah sebuah kewajiban sekaligus kemuliaan. Oleh karena itu dalam masalah Palestina ini, adalah wajib hukumnya kaum Muslim mengusir Israel dari tanah Palestina.
Ahmad mengungkapkan, strategi Islam dalam menghapus penjajahan tidak sekadar menolak secara normatif, tetapi menawarkan langkah-langkah konkret, historis maupun konseptual.
Pertama, pendidikan dan kesadaran tauhid. Ahmad menilai, tauhid tidak hanya berarti ibadah ritual, tapi juga menolak ketundukan kepada selain Allah. Dalam sejarah, semangat tauhid mendorong umat Islam bangkit dari penjajahan karena tidak rela diperbudak oleh manusia lain seperti yang dikatakan oleh Rab’i bin ‘Amir kepada Rustum.
“Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia kepada penghambaan kepada Allah semata,” ujar Ahmad mengutip pernyataan Rab’i bin ‘Amir.
Kedua, perlawanan aktif (jihad melawan penjajahan). Ahmad memandang, dalam konteks penjajahan, jihad berarti perlawanan fisik, politik, maupun intelektual untuk membela tanah, umat, dan kehormatan dari kekuasaan asing.
Ketiga, keadilan setelah kemenangan. Ahmad membeberkan, Islam tidak mengajarkan pembalasan dendam setelah penjajahan runtuh, tapi keadilan, rekonsiliasi, dan reformasi struktural. Ia mencontohkan saat Rasulullah ﷺ membebaskan Makkah (Fathu Makkah), beliau tidak membalas kezaliman Quraisy dengan kekerasan, tapi memberikan amnesti dan menghapus struktur penindasan.
Sebagai penutup, Ahmad menegaskan kembali bahwa Islam menyelesaikan penjajahan melalui prinsip tauhid, perlawanan terhadap kezaliman (jihad), dan penegakan keadilan. Islam tidak hanya menyerukan pembebasan dari penjajahan fisik, tetapi juga dari dominasi pemikiran, ekonomi, dan budaya yang menghilangkan kemerdekaan hakiki umat manusia.
“Karena itu, skema solusi dua negara atas Israel dan Palestina jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Bagi Islam, penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi ini dengan jihad,” pungkasnya.[] Agung Sumartono
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat