FAKKTA: Umat Islam Berpotensi Besar Jadi Negara Raksasa

 FAKKTA: Umat Islam Berpotensi Besar Jadi Negara Raksasa

MediaUmat Menanggapi adanya forum Brazil Rusia India Cina South Africa (BRICS) yang beranggotakan negara-negara tersebut dan beberapa negara lainnya termasuk Indonesia yang dinilai berpotensi menggeser hegemoni Amerika Serikat (AS), Peneliti Forum Analisis dan Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak menilai umat Islam juga punya potensi besar untuk menjadi negara raksasa.

“Umat Islam punya potensi besar untuk menjadi negara raksasa kalau mereka bersatu,” ujarnya dalam acara Focus to The Point: BRICS VS AS, di Mana Posisi Umat Islam? di kanal YouTube UIY Official, Senin (14/7/2025).

Karena, sebut Ishak, ketika Selat Hormuz diancam atau diperkirakan mau tutup oleh Iran, harga minyak dan harga gas tiba-tiba naik sangat tajam. Karena 20% perdagangan minyak dan 25% perdagangan gas (LPG) itu melewati Selat Hormuz.

“Belum lagi kalau berbicara Terusan Suez atau di kawasan chockepoint (jalur sempit strategis) lainnya termasuk juga Selat Malaka,” ujarnya.

Dari sisi demografi, lanjutnya, umat Islam sangat besar sekali, yakni jumlahnya 1,9 miliar dan terus tumbuh.

“Ini persoalan di negara-negara Barat, terjadi declining population (penurunan populasi). Sementara di negara-negara Muslim terus tumbuh,” bebernya.

Sumber daya alam umat Islam, kata Ishak, sangat besar dan posisinya juga strategis. “Kalau ditanyakan dari aspek ekonomi ya,” tuturnya.

Memang persoalannya, keluh Ishak, itu ada di pemimpin kaum Muslim, karena pemimpinlah yang membuat regulasi dan menerapkan regulasi itu, baik secara internal maupun secara eksternal ke negara-negara lain.

“Penguasaan sumber daya alam kita yang termasuk negeri-negeri Muslim yang sangat besar itu seakan-akan tidak ada artinya untuk kemajuan Islam,” tuturnya.

Ia pun mencontohkan, ketika Gaza dibombardir, kekayaan umat Islam yang dimiliki oleh negara-negara teluk itu justru disimpan di bank-bank Swiss, diinvestasikan ke bisnis, ke obligasi AS. Tidak digunakan untuk membantu kaum Muslim yang ada di Gaza.

“Artinya, kekayaan alam, sumber daya alam tadi kemudian jumlah populasi dan militer itu menjadi tidak ada nilai ketika pemimpin-pemimpin kaum Muslimin ini salah arah atau tidak menggunakan sistem yang tepat,” tuturnya.

Jadi, lanjutnya, memang diperlukan satu kesadaran kaum Muslim khususnya juga pemimpinnya untuk mengadopsi dalam hal ini Islam sebagai ideologi.[] Setiyawan Dwi

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *