Pada 3/3/2025, Menteri Perang entitas Yahudi, Yisrael Katz, memperingatkan Mesir tentang runtuhnya perjanjian damai yang ditandatangani dengan entitas Yahudi pada tahun 1979. Surat kabar Yedioth Ahronoth mengutip pernyataannya, “Perjanjian damai tersebut telah menyingkirkan Mesir dari lingkaran perang, dalam sebuah keputusan kepemimpinan yang mengubah wajah sejarah dan status negara (Israel), yang masih tetap demikian hingga saat ini. Namun, kami tidak akan membiarkan mereka melanggar perjanjian damai dan kami tidak akan membiarkan mereka melakukan pelanggaran struktural. Kami sedang menangani masalah ini, tetapi kesepakatan tersebut tetap berlaku.”

Isu ini telah memicu beberapa elemen tertentu dalam entitas Yahudi, ada yang mengatakan di Internet bahwa ada persiapan militer Mesir untuk menyerang entitas mereka. Sementara Kepala Staf mereka, Herzi Halevi, menyampaikan kekhawatirannya kepada Channel 14 pada 27/2/2025 tentang ancaman keamanan dari Mesir. Namun, ia mengatakan bahwa saat ini hal itu tidak menimbulkan ancaman bagi entitasnya, tetapi hal itu dapat berubah sewaktu-waktu.

Perlu dicatat bahwa Presiden Mesir, Sisi memuji perjanjian pengkhianatan ini dalam pidatonya di hadapan KTT Arab pada 4/3/2025, dan menganggapnya sebagai “sebuah model yang harus ditiru untuk mengubah keadaan perang menjadi damai dan sejahtera.” Artinya, ia menghimbau negara Arab lainnya yang belum menandatangani perjanjian pengkhianatan untuk segera menandatanganinya.

Entitas Yahudi, meskipun mempercayai kesetiaan Sisi kepadanya, namun mereka khawatir bahwa rakyat Muslim Mesir akan menggulingkan Sisi sebagaimana mereka menggulingkan Hosni Mubarak dan menghukum Sadat sebelumnya, sebab sejauh ini rakyat Mesir menolak perjanjian damai dan normalisasi dengan entitas Yahudi, bahkan mereka tengah menunggu kesempatan untuk memproklamirkan jihad guna membebaskan Palestina (hizb-ut-tahrir.info, 6/3/2025).

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: