Enam Panduan Jurnalis agar Tak Terjebak Propaganda Barat

MediaUmat Agar tak terjebak dalam pusaran propaganda media-media Barat selama peliputan, Pemimpin Redaksi Majalah Al-Wa’ie Farid Wadjdi menuliskan setidaknya enam panduan yang harus digunakan seorang jurnalis Islam ideologis.

“Cara menggunakan media Barat tanpa terjebak propaganda,” demikian judul tulisan terkait panduan dimaksud yang diterima media-umat.com, Jumat (25/7/2025).

Pertama, memisahkan fakta dari upaya pembingkaian (framing) terhadap suatu peristiwa.

Menurutnya, seorang jurnalis harus mengambil fakta-fakta yang terjadi baik dari segi waktu, tempat, jumlah korban maupun peristiwa fisik. Dan di saat yang sama menolak narasi dengan sisipan istilah teroris, balasan, tindakan defensif, dan sejenisnya.

Semisal, ketika lembaga penyiaran BBC menarasikan Israel membalas serangan Hamas yang membabi buta, seorang jurnalis ideologis hendaknya mengambil faktanya dengan menuliskan bahwa Israel menyerang Gaza.

“Tolak narasi ‘membalas’ maupun ‘membabi buta’ yang notabene framing Zionis,” kata Farid menegaskan.

Kedua, memahami kepentingan di balik keberadaan suatu media. Sebutlah CNN, BBC yang menurut Farid, merupakan ‘corong’ Barat dan sekutu NATO, Russia Today (RT) maupun Press TV dari Iran yang menjadi alat propaganda negara.

Begitu juga Al-Jazeera, alat politik Qatar yang pro Inggris. “Mereka semua bicara sesuai kepentingan geopolitik masing-masing,” ungkapnya.

Ketiga, membandingkan suatu peristiwa dengan banyak sumber. Ketika mendapatkan kabar dari sumber pro Barat atau Rusia misalnya, hendaknya dicari titik temu fakta dengan sumber dari Islam ideologis seperti Hizb ut-Tahrir maupun harakah jihad, bukan malah terjebak opini mereka.

Keempat, mewaspadai istilah-istilah tipu daya semisal teroris, ekstremis, islamis yang menurut Farid, merupakan demonisasi Islam. Tak jauh berbeda dengan istilah moderasi, reformasi Islam juga termasuk agenda liberalisasi. Demikian pula istilah kepentingan nasional yang sebenarnya kedok dari suatu penjajahan.

Kelima, senantiasa menggunakan kacamata Islam atau standar syariah sebagai tolok ukur terhadap setiap peristiwa. “Jangan hanya tanya apa yang terjadi, tanyakan (juga) mengapa ini terjadi dan untuk siapa manfaatnya,” kata Farid, menguraikan.

Keenam, menjadikan propaganda mereka sebagai senjata dakwah dan perlawanan. Ha ini berarti, untuk membongkar kejahatan musuh-musuh Islam, hendaknya menggunakan kutipan-kutipan dari data mereka sendiri.

Dengan kata lain, dengan menggunakan bukti dari mereka, akan bisa membuka mata umat terhadap penjajahan gaya baru. “Jika musuh bicara, maka sedang terbuka aib dan tipu dayanya,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: