Enam Catatan FIWS Terkait Tarif Global Trump

MediaUmat Setidaknya ada enam catatan penting terkait tarif global terhadap lebih dari selusin negara yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Hal itu dinyatakan Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi kepada media-umat.com, Sabtu (12/7/2025).

Pertama, arogansi dan hegemoni AS yang semakin menjadi-jadi. Menurutnya, kebijakan tarif sepihak oleh Trump hanyalah cermin dari watak asli AS sebagai negara imperial hegemonik. Ia menggunakan instrumen ekonomi sebagai senjata pemaksaan kehendak. Tanpa proses multilateral atau adab diplomatik.

“Trump secara sepihak memeras negara-negara lain agar tunduk pada kepentingan industrinya. Ini adalah bentuk neo-kolonialisme ekonomi yang membungkus penjajahan dengan istilah kesepakatan bilateral,” ujarnya.

Kedua, ketidakadilan tata dunia internasional. Di tengah jargon perdagangan bebas dan pasar global, sebut Farid, justru negara yang paling lantang bicara globalisasi kini bersikap proteksionis dan memaksakan standar ganda.

“Ini menunjukkan bahwa dunia internasional bukanlah panggung keadilan, melainkan arena dominasi kekuatan besar. Hukum internasional tunduk pada kepentingan negara kuat. Ketika negara lemah melakukan hal serupa, mereka dicap merusak tatanan dunia,” ungkap Farid.

Ketiga, saatnya dunia bersatu melawan tirani ekonomi AS. Farid mengatakan, negara-negara di Asia, Afrika, bahkan Eropa, terutama dunia Islam semestinya sadar bahwa AS bukan mitra dagang sejajar, tetapi penekan dan pemalak global.

“Dunia harus menggalang poros perlawanan global terhadap ekonomi pemerasan ala Washington. Sudah cukup negara-negara berkembang menjadi sapi perah melalui tarif, utang, dan skema perdagangan timpang,” serunya.

Keempat, dunia tak akan lepas jika masih tunduk pada sistem kapitalisme global. Farid menilai, perlawanan tidak cukup hanya dengan retorika atau tarif balasan.

“Dunia harus meninggalkan sistem ekonomi kapitalisme global yang menjadi fondasi kekuasaan Amerika: IMF, World Bank, WTO, bahkan PBB. Lembaga-lembaga ini adalah perpanjangan tangan penjajahan global atas nama hukum dan pembangunan,” sarannya.

Kelima, dunia butuh ideologi alternatif, Islam sebagai solusi. Menurut Farid, krisis global saat ini membuktikan kegagalan sistem kapitalisme dalam membangun tatanan yang adil.

“Yang dibutuhkan dunia bukan hanya sistem dagang baru, tetapi ideologi alternatif yang membawa keadilan dan keberkahan. Dan Islam bukan sekadar agama spiritual, tetapi ideologi politik dan ekonomi yang menyeluruh, dengan sistem khilafah islamiah adalah satu-satunya ideologi yang siap menantang dominasi Amerika,” kata Farid.

Keenam, momentum umat Islam untuk memimpin dunia. Justru, ujar Farid, inilah kesempatan sejarah bagi umat Islam untuk bangkit dan memimpin dunia.

“Dunia sedang muak dengan kapitalisme Amerika dan sistem globalnya yang rusak. Maka inilah saatnya umat Islam bersatu membangun kembali institusi khilafah yang akan menyaingi dominasi AS dengan kekuatan moral, ekonomi, dan politik berbasis wahyu, bukan hawa nafsu kekuasaan seperti kapitalisme,” tegasnya.

Farid melihat, tarif Trump adalah peringatan keras. Dunia tidak bisa terus-menerus menjadi budak ekonomi AS. Tapi hanya dengan membuang ideologi kapitalis dan menggantinya dengan sistem Islam di bawah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah, dunia bisa benar-benar bebas dan adil.

“Saat dunia kelelahan menghadapi tirani kapitalisme, Islam adalah mercusuar keadilan dan rahmat bagi seluruh alam,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: