Mediaumat.id – Ekonom Konstitusi Defiyan Cory menilai, korporatisme adalah fakta bukan sekadar wacana di negeri ini. “Dalam perspektif ini, korporatisme itu bukanlah wacana lagi. Ini fakta,” tuturnya dalam Live FGD PKAD #40: Outlook 2022; Kuasa Korporasi dan Cengkeraman Oligarki, Sabtu (1/1/2022) di kanal YouTube Pusat Analisis dan Kajian Data.
Menurutnya, fakta itu terlihat dari adanya conflict of interest antara pebisnis yang mencari keuntungan dengan pembuat regulasi yang tidak mungkin memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. “Tentu mereka dulu apalagi didukung sistem politik ketatanegaraan kita yang berbiaya mahal,” tegasnya.
Ia menilai, penguasaan kapital memang bukan negara lagi yang memegang peranan. “Conflict of interest demikian dominan. Kita lihat saja komposisi kabinet, berapa orang yang tidak pengusaha? Kita lihat juga komposisi DPR berapa banyak yang tidak pengusaha?” ungkapnya.
Dengan kondisi seperti ini, ia melihat yang kaya akan bertambah kaya, dan yang miskin semakin melarat. “Jadi ini dua hal yang menandai perjalanan berbangsa kita setelah periode kedua Jokowi menjabat,” ujarnya.
Menurutnya, korparatisme itu nampak pada penanganan pandemi Covid-19. “Pandemi Covid-19 hanya instrumen. Saya tidak yakin dan haqqul yakin covid-19 itu tidak ada. Adanya diciptakan sebagai sebuah instrumen untuk mengkooptasi negara dan menakut-nakuti masyarakat,” katanya.
Ia melihat, relativitas terhadap covid-19 itu tampak dengan berubah-ubahnya kebijakan dan sikap pemerintah terhadap siapa subyek yang menjalankan kebijakan ini maupun obyek yang dijadikan target vaksinasi. “Dan yang aneh adalah memobilisasi aparat keamanan dan pertahanan untuk memaksa masyarakat untuk melakukan vaksinasi yang dulunya usia dini tidak dikenakan vaksinasi, saat ini mereka dikenakan,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it