Dugaan Mi Instan Terkontaminasi Etilen Oksida, Begini Tanggapan HELPSharia

Mediaumat.id – Buntut kabar kontaminasi senyawa organik etilen oksida (EtO) pada salah satu produk pangan mi instan, Anggota Healthcare Professionals for Sharia (HELPSharia) dr. Muhammad Amin, Sp.MK., M.Ked.Klin. menyatakan begini.

“Konsep negara dalam agama kita, dalam agama Islam adalah dia diadakan dalam rangka untuk mewujudkan beberapa hal yang salah satunya adalah menjaga akal dan menjaga jiwa,” ujarnya dalam Kabar Petang: Ada Bahaya di Balik Kelezatan Mi Instan? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (12/10/2022).

Untuk itu, khalifah, sebutan untuk seorang pemimpin yang menggunakan syariat Islam dalam kehidupan bernegara, kata dr. Amin, panggilan akrabnya, akan menggunakan segala potensi yang dimiliki untuk senantiasa menjaga kebaikan seluruh warga negara, baik Muslim maupun non-Muslim.

“Semua tadi (warga negara) akan dilindungi oleh khalifah, akan dijaga akalnya, akan dijaga jiwanya,” tegasnya kembali.

Dikabarkan, setelah Hongkong dan Singapura, Malaysia juga tengah menyoroti salah satu produk mi instan ‘Mie Sedaap’ menyusul dugaan kontaminasi etilen oksida (ethylene oxide/EtO).

Masyarakatnya diimbau untuk memperhatikan dua jenis produk Mie Sedaap beserta tanggal kadaluarsanya.

Lewat akun Twitter resminya, Public Health Malaysia mengimbau masyarakat untuk melapor jika menemukan dua varian produk Mie Sedaap yakni Korean Spicy Chicken tanggal kadaluarsa 21 Mei 2023 dan Korean Spicy Soup tanggal kadaluarsa 17 Maret 2023.

“Jika Anda menemukan produk batch ini, laporkan ke Dinas Kesehatan terdekat,” tertera dalam akun Twitter resmi @health_malaysia, Jumat (7/10/2022).

Kendati demikian, dr. Amin mengatakan bahwa publik mestinya tahu apa itu EtO beserta kegunaannya. “Sebenarnya kegunaan dalam bidang industri, ada,” paparnya, seraya memisalkan sebagai fumigan untuk pangan dan tekstil, lalu di bidang kesehatan untuk sterilisasi instrumen kebutuhan operasi.

Kemudian juga sebagai fungisida di bidang pertanian. “Jadi bukannya enggak ada gunanya, tetapi memang ada kegunaannya,” tegasnya kembali.

Hanya, apabila penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur, maka bahayanya bisa berupa iritasi hingga menyebabkan koma. Pasalnya, senyawa EtO bersifat karsinogenik yakni menyebabkan kanker dalam jangka panjang.

“Sama halnya, apakah misalnya gula itu berbahaya bagi manusia apa tidak? Dalam kadar tertentu enggak berbahaya,” ucap dr. Amin menganalogikan.

Maksudnya, mengonsumsi gula atau karbohidrat di atas kadar yang disarankan justru bisa menimbulkan penyakit seperti diabetes melitus atau bahkan nefropati diabetik yaitu penyakit gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh diabetes.

Maka dalam hal pengaturan, ia melihat pemerintah juga sudah membuat regulasi tentang penggunaan etilen oksida di masing-masing bidang yang membutuhkan.

Meski demikian, kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam hal ini khalifah, kata dr. Amin, tidak boleh kalah oleh kepentingan ekonomi ataupun kepentingan politik sesaat, misalnya.

“Demi mendapatkan keuntungan yang banyak untuk biaya-biaya politik, misalkan, enggak akan dilakukan itu oleh para khalifah,” tandasnya.

Dengan kata lain, apabila penelitian dalam bidang kesehatan menghasilkan data yang mengatakan bahwa bahan-bahan tertentu memang berbahaya bagi kesehatan, pemerintah tidak akan membiarkan produk-produk pangan tertentu juga beredar di masyarakat.

Tanggung Jawab

Seorang pemimpin, lanjutnya, selain wajib menopang segala sesuatu berkenaan keberlangsungan hidup rakyat, dia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT.

Ia pun menukil sebuah hadits sahih yang artinya, ‘Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya’ (HR Bukhari dan Muslim).

Lantaran itu, kata dr. Amin, pemimpin adalah seorang penggembala yang bakal dimintai pertanggungjawaban mengenai segala sesuatu terkait yang digembalakannya.

“Bagaimana kalau rakyat yang digembalakan menjadi pusing, menjadi kesemutan, dan lain sebagainya akibat menggunakan bahan-bahan pangan yang memiliki residu yang dalam kadar tinggi misalkan etilen oksida itu yang menimbulkan macam-macam sampai keguguran misalnya, itu tidak akan dilakukan,” tuturnya.

Maka berangkat dari situ, sambung dr. Amin, seorang khalifah akan benar-benar membuat kebijakan berdasarkan makna hadits tersebut, bukan aspek ekonomi ataupun politik yang condong pada kepentingan pribadi/golongan.

Artinya, keberadaan seorang khalifah yang identik dengan tanggung jawab, baik kepada umat lebih-lebih kepada Allah SWT, akan benar-benar memengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan.

Sehingga, semua bahan pangan termasuk mi instan yang terkontaminasi etilen oksida di luar kadar konsentrasi aman, tidak akan dibiarkan beredar bebas di tengah masyarakat. “Tentu khalifah tidak akan seperti itu,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: