Mediaumat.news – Masuknya dua pesawat pengebom jarak jauh Amerika Lancer B-1B ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Cina di Laut Cina Timur pada Selasa, (17/11/2020) dinilai pengamat sebagai bentuk show of force bahwa Amerika masih memiliki pengaruh dan peran besar di kawasan Laut Cina Selatan yang selama ini disengketakan.
“Amerika melakukan itu sebagai bentuk show of force bahwa Amerika masih memiliki peran dan pengaruh besar di kawasan Laut Cina Selatan yang selama ini disengketakan,” ujar Pengamat Politik Internasional Farid Wajdji kepada Mediaumat.news, Kamis (19/11/2020).
Menurutnya, hal ini juga sekaligus memberikan sinyal agar Cina memahami bahwa Amerika tetaplah negara superpower dunia. Karena Amerika melakukannya tepat ketika terjadi latihan militer besar-besaran di Laut Cina Selatan.
Untuk pengaruhnya bagi Cina, Farid menilai tergantung pada respon Cina sendiri. “Kalau Cina melakukan protes sampai mengancam melakukan tindakan militer, misal kalau hal itu terulang akan menembak pesawat Amerika, ini akan meningkatkan power Cina di kawasan itu. Kalau cuma komplain dan protes, ini akan memberikan gambaran bahwa Amerika masih mendominasi kawasan tersebut,” ungkapnya.
Sebagai negara adidaya, AS tentu tidak akan membiarkan Cina menyaingi kekuatan globalnya. Sementara, meningkatnya kekuatan global Cina sendiri tidak bisa dicegah oleh AS.
Adapun Indonesia dan negeri Islam yang lain sebagai negara yang memiliki bargaining power internasional yang lemah, menurutnya, tentu tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini dan hanya menjadi penonton.
“Karena kekuatan negara di tingkat internasional tergantung pada kemampuan internal negara sendiri. Sehingga bisa dibilang Indonesia cuma menjadi penonton dari pertarungan di kawasan ini. Yang paling diuntungkan jelas dua negara itu,” bebernya.
Laut Cina Selatan sendiri merupakan kawasan yang strategis yang mencakup banyak negara di Asia Tenggara dengan sumber daya alam yang melimpah. Baik ikannya, hingga potensi minyak buminya. “Maka tidak mengherankan kalau ini menjadi rebutan,” pungkasnya.[] Billah Izzul Haq