Dua Kritik Mendasar terhadap Kurikulum Cinta

Mediaumat.info – Mudir Ma’had Khadimus Sunnah Bandung Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menyampaikan dua kritik mendasar terhadap Kurikulum Cinta yang rencananya bakal diterapkan di lingkungan pendidikan madrasah.

“Berkaitan Kurikulum Cinta yang dirancang atau disampaikan oleh Menteri Agama yang akan menjadi kurikulum di madrasah, itu sebenarnya ada beberapa (dua) kritik yang mendasar,” tuturnya kepada media-umat.info, Rabu (19/3/2025).

Pertama, kurikulum tersebut dibangun di atas paham yang sesat dan menyesatkan yang telah difatwakan oleh MUI sebagai paham yang sesat yakni pluralisme.

Indikasinya, menurut YRT, seperti tersirat dari pernyataan Menteri Agama yang menyebut, “Tidak boleh ada anggapan bahwa agamanyalah yang paling benar dan dari situ akan memunculkan kebencian pada agama yang lain.”

“Jadi korban cinta itu dibangun di atas fondasi itu, artinya dibangun di atas pondasi pluralisme dan relativisme,” ujar YRT.

Menurutnya, ini adalah problem yang sangat serius ketika kurikulum yang dirancang itu dibangun di atas fondasi yang salah, fondasi yang sesat dan menyesatkan.

Kedua, dibangun di atas logika yang salah. Pasalnya, jelas YRT, ketika seorang Muslim meyakini agama sendiri (Islam) agama yang benar, sedangkan agama lain adalah salah atau sesat, itu tidak serta-merta melahirkan kebencian.

“Ketika kita meyakini Islam adalah kebenaran sebagaimana yang kita yakini innaddina indallahil Islam, hanya Islamlah yang diridhai Allah SWT, artinya bahwa kita meyakini jalan keselamatan adalah Islam sedangkan selain Islam itu adalah jalan kebatilan dan itu membawa kepada siksa dari Allah SWT. Nah, keyakinan ini tidak selalu atau tidak serta-merta melahirkan kebencian kepada umat agama lain. Tidak serta-merta bahwa ketika kita meyakini Islam itu adalah agama yang membawa keselamatan, lantas kita membenci pemeluk agama lain,” bebernya.

Justru dalam Islam, kata YRT, ada konsep yang namanya dakwah yakni dakwah ilal Islam. “Jadi, yang dituntut oleh Allah kepada kita adalah mendakwahi mereka agar masuk Islam karena kecintaan kita kepada mereka, karena sayang kita kepada mereka,” tuturnya.

Ia menilai ini logika yang keliru ketika dikaitkan bahwa keyakinan tentang kebenaran agama itu otomatis berhubungan dengan kebencian.

Sebelumnya, Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar melarang guru agama mengajarkan bahwa agamanya sendiri yang paling benar, sedangkan agama lainnya sesat.

Karena, menurut Pak Menag, ajaran seperti itu seolah-olah menanamkan kebencian kepada umat agama lain.

“Jadi ada teologi kebencian dengan agama lain. Bayangkan kalau anak-anak kecil semuanya dibekali pemahaman agama yang sama, penanaman kebencian satu sama lain. Bagaimana nasib Indonesia yang bhinneka (tunggal ika) ini?” katanya pada Pembukaan Sidang Tanwir I ‘Aisyiyah di Jakarta, Kamis, 16 Januari 2025, sebagaimana diberitakan Tempo.co pada 6 Februari 2025.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: