Rezim nasionalis Hindu India di bawah kepemimpinan Narendra Modi kembali memperlihatkan wajah asli permusuhannya terhadap umat Islam. Ratusan Muslim India dilaporkan dideportasi secara paksa ke wilayah Bangladesh dalam kondisi mengerikan, yakni di bawah todongan senjata, tanpa proses hukum yang sah. Tindakan ini disebut oleh Hizbut Tahrir Wilayah Bangladesh sebagai bentuk permusuhan terbuka terhadap Islam, menyerupai perlakuan entitas Yahudi ilegal terhadap warga Palestina.
Salah seorang korban, Rahima Khatun, mengungkapkan dalam wawancara dengan Foreign Policy, “Kami memprotes bahwa kami adalah orang India… tetapi mereka mengarahkan senjata ke arah kami dan mengancam akan menembak.” Ia dan kelompoknya akhirnya menyeberang ke Bangladesh karena ketakutan setelah terdengar tembakan dari tentara India.
Hizbut Tahrir Wilayah Bangladesh menilai bahwa aksi deportasi ini bukanlah insiden acak, melainkan bagian dari kebijakan sistematis pemerintah Hindutva India dalam menghapus identitas Islam dari tanah India. Dalam keterangan resminya, Hizbut Tahrir menyebut:”Dari pembongkaran Masjid Babri, pemberlakuan CAA dan NRC, hingga amandemen Undang-Undang Wakaf, semuanya adalah upaya berkelanjutan untuk menjadikan Muslim sebagai warga tanpa negara dan menghapus eksistensi Islam dari negeri tersebut.”
Menurut Hizbut Tahrir, diamnya penguasa Bangladesh serta kesediaan mereka menerima deportasi ini menunjukkan keterikatan pada nasionalisme sempit dan ketundukan pada tatanan internasional yang dikendalikan oleh kekuatan kolonialis.
“Para penguasa ini bukan pelindung umat, melainkan kaki tangan sekulerisme dan pengkhianat terhadap Islam dan kaum Muslim,” tegas pernyataan tersebut.
Lebih lanjut, Hizbut Tahrir mengaitkan kebijakan India ini dengan peran geopolitik sebagai antek Amerika Serikat di kawasan Asia Selatan.
“Sama seperti Amerika menjadikan entitas Yahudi sebagai alat penjajahan di Timur Tengah, India kini diposisikan untuk menjalankan peran yang sama terhadap umat Islam di Asia Selatan,” ungkap Hizbut Tahrir.
Partai Politik Internasional tersebut juga menyoroti standar ganda komunitas internasional, yang dengan cepat bersuara ketika minoritas Hindu mengalami ketidakadilan, namun bungkam ketika Muslim menjadi korban kekerasan dan pengusiran.
Sebagai solusi, Hizbut Tahrir menegaskan bahwa tragedi semacam ini hanya akan berakhir jika umat Islam kembali dipimpin oleh institusi politik yang sah secara syar’i, yakni Khilafah Islamiyah ‘ala minhaj an-nubuwwah.
“Ketiadaan Khilafah adalah penyebab utama penderitaan umat Islam di India, Palestina, Arakan, dan seluruh dunia. Khilafah-lah yang akan membela kehormatan dan darah umat ini, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para khalifah setelahnya,” tulis Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir menyerukan kepada kaum Muslim, khususnya para perwira militer yang masih memiliki iman, untuk mencabut loyalitas dari sistem kufur dan memberikan pertolongan kepada gerakan yang sungguh-sungguh memperjuangkan Islam. [] AF
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat