Dengan Dalih Kerja Sama Internasional dan Partisipasi Para Penguasa Muslim, AS Berupaya Memperketat Cengkeramannya di Gaza dan Menjamin Keamanan Kaum Yahudi
Sumber mainstream mengungkapkan pada hari Kamis (6/11) bahwa Amerika Serikat telah resmi mendistribusikan rancangan resolusi mengenai Jalur Gaza kepada anggota Dewan Keamanan PBB. Rancangan tersebut menyatakan pembentukan dewan perdamaian dan dana rekonstruksi, menetapkan infrastruktur untuk pengaturan pemerintahan di Jalur Gaza, dan memutuskan bahwa Gaza akan diserahkan kepada pasukan internasional yang sebagian besar terdiri dari tentara dari negeri-negeri Islam. Pasal 7 rancangan undang-undang tersebut menyatakan bahwa pasukan yang dimaksud akan bekerja sama dengan entitas Yahudi dan Mesir, bersama dengan pasukan polisi Palestina baru yang akan dibentuk di bawah pengawasan, untuk mengamankan wilayah perbatasan dan menstabilkan lingkungan keamanan di Gaza, dengan memastikan perlucutan senjata di kawasan, yang meliputi penghancuran dan pencegahan pembangunan kembali infrastruktur, kemampuan militer dan kemampuan penyerangan, serta melucuti senjata faksi-faksi secara permanen.
**** **** ****
Jelaslah bahwa Amerika bertekad untuk mengatur masalah keamanan di kawasan dengan cara yang menjamin keamanan bagi basisnya di Timur Tengah, entitas Yahudi, selama bertahun-tahun yang akan datang, setelah Amerika merasakan tingginya bahaya yang mengelilinginya dan mengancam masa depannya, sebagaimana peristiwa tanggal 7 Oktober 2023, yang membunyikan alarm, dan mengeluarkan peringatan eksistensial bagi entitas ini. Jadi, tidak mengherankan jika utusan AS Tom Barrack mengancam tentara Lebanon dengan memberikan tenggat waktu yang berakhir pada akhir November ini untuk membawa perubahan dalam situasi mengenai masalah senjata Hizbullah, dan jika ini tidak terjadi, maka entitas Yahudi akan dapat melancarkan serangan dan Amerika akan memahaminya. Dalam konteks yang sama, syarat-syarat Amerika dalam negosiasi dengan Iran mencakup tuntutan penyerahan uranium yang diperkaya dan pengurangan jangkauan rudal balistik menjadi kurang dari 500 km.
Di Gaza Hasyim, Amerika melanjutkan rencananya untuk melucuti senjatanya dan menghancurkan infrastruktur serta kemampuan militernya, dengan keyakinan bahwa hal ini akan menjamin keamanan orang-orang Yahudi selama beberapa dekade mendatang. Sebab Amerika mengetahui bahwa ini adalah misi kotor yang berkedok perdamaian, maka Amerika berhati-hati mempercayakannya kepada pasukan dari negeri-negeri Muslim dan lebih memilih untuk melibatkan pasukan Otoritas Palestina di samping mereka, sehingga operasi tersebut disajikan sebagai kepentingan nasional, daripada dipahami sebagaimana tujuan sebenarnya, yaitu keberadaan pasukan yang mendukung pasukan entitas Yahudi.
Begitulah kenyataannya, bahwa para penguasa Muslim, setelah menyelesaikan dua tahun pengkhianatan dan konspirasi terhadap Gaza dan rakyatnya, dengan tetap diam mengenai kejahatan yang dilakukan oleh entitas Yahudi, dan dengan tidak memobilisasi tentara umat untuk menolongnya, sebaliknya mereka justru membantu entitas Yahudi dengan uang, barang, senjata dan tipu daya. Sekarang, memasuki tahun ketiga, mereka semakin mengutamakan upaya mereka sebelumnya dalam melayani Amerika dan orang-orang Yahudi, dengan berpartisipasi dalam mengatur situasi sedemikian rupa yang dapat menjaga keamanan masa depan entitas Yahudi dan memadamkan api perlawanan terhadap pendudukan.
Memang benar, bahwa para penguasa ini tunduk kepada Barat dan melayani proyek-proyek kolonialnya. Mereka segera mengirimkan uang dan tentara ketika Amerika memanggilnya untuk menyelamatkan entitas Yahudi, sementara mereka tetap diam seperti orang mati, tak berbisik atau bersuara ketika umat mereka sendiri memanggilnya dari bawah reruntuhan, bersama orang-orang tua, para perempuan, dan anak-anaknya.
Sungguh, keinginan Amerika ini sangat berbahaya! Dengan rencana ini, mereka mencoba memindahkan pasukan Muslim ke tahap ketiga! Tahap pertama adalah ketika pasukan Muslim menghadapi entitas Yahudi dalam perang yang dipentaskan, sedang tahap keduanya adalah ketika mereka hanya berdiam diri dan menyaksikan pembantaian terhadap penduduk tanah yang diberkahi, sementara mereka menjadi penjaga perbatasan. Saat ini, Amerika ingin melibatkan pasukan Muslim di tahap ketiga, yaitu mengubah mereka menjadi kekuatan militer yang secara langsung mendukung entitas Yahudi di tanah Palestina yang diduduki, dan ini akan sangat berbahaya jika rencananya tercapai.
Umat Islam, khususnya mereka yang memiliki pendapat, yang memiliki mimbar dan platform, termasuk tokoh-tokoh media dan influencer, harus mengingatkan umat akan kepentingan-kepentingannya agar tidak terjerumus dalam keburukan tindakan ini. Hendaknya seluruh kaum Muslim mengetahui bahwa tidak ada jalan keluar dari persekongkolan melawan tanah Palestina yang diberkahi ini, juga terhadap semua tempat suci kaum Muslim, negeri-negeri mereka dan kepentingan-kepentingan mereka, kecuali dengan mengoreksi kompas pasukan mereka, menggerakkan orang-orang yang mukhlis di dalamnya, dan mereka memberikan nushrah (dukungan dan pertolongan) kepada Hizbut Tahrir untuk mendirikan sistem politik yang telah terbukti membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia selama berabad-abad, yaitu sistem Khilafah. Mereka harus segera memberikan nushrah-nya, hari ini dan bukan esok, sehingga dengannya dapat direbut kembali semua tanahnya dari Palestina hingga Kashmir dari cengkeraman kolonialisme dan alat-alatnya.
﴿وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ﴾
“Sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (TQS. Al-Hajj [22] : 40). [] Ir. Shalahuddin Adhadhah – Direktur Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 8/11/2025.
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat