Dedikasi Hidup Umat Islam Mestinya untuk Islam

 Dedikasi Hidup Umat Islam Mestinya untuk Islam

Mediaumat.info – Diciptakan sebagai umat terbaik, kehidupan umat Islam semestinya tak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi lebih dari itu terdapat tanggung jawab mendedikasikannya kepada Islam dan umat Islam.

“(Mestinya) kita hidup untuk agama kita, kita hidup untuk umat kita,” ujar Khadim Ma’had Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman dalam Tausiah Hari Ke-14:  Menjadi Influencer Kebaikan, Jumat (14/3/2025) di kanal YouTube One Ummah TV.

Dengan kata lain, jelasnya, sebagaimana hadits riwayat Imam al-Bukhari No. 3461 yang artinya, “Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat”, melekat pada diri Muslim untuk menjadikan hadits ini sebagai landasan berdakwah ataupun menjadi pemengaruh kebaikan.

“Di situlah maka tanggung jawab tadi mengantarkan kita untuk melaksanakan tugas menjadi influenser kebaikan, mengajak orang lain, menjelaskan pada orang lain, mendakwahkan Islam sebagai agama yang sempurna,” kata Hafidz menjelaskan.

Contoh lain, sebutnya, ketika ada upaya mendiskreditkan bahkan memonsterisasi ajaran Islam, seketika umat Islam melakukan pembelaan terhadap Islam tanpa harus menunggu ada yang meminta.

Kata Hafidz, inilah yang disebut sebagai bagian dari tafkir bil mas’uliah, berpikir tentang tanggung jawab yang menjadi kewajiban bagi umat terbaik, umat Nabi Muhammad SAW.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah,” demikian bunyi penggalan QS Ali Imran: 110.

Lebih jauh, orang yang mengaku beriman akan tersinggung jika agamanya dihina. Bahkan kemuliaan Islam akan didahulukan daripada keselamatan dirinya sendiri.

Mengutip kata-kata bijak dari Buya Hamka, seorang ulama dan sastrawan besar yang dimiliki negeri ini, umat Islam wajib memiliki dorongan semangat membela kehormatan (ghirah) dalam konteks beragama.

Kalimat bijak tersebut berbunyi, ‘Jika ghirah tersebut telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan tiga lapis. Sebab kehilangan ghirah sama dengan mati’.

Hafidz memaknai, seorang Muslim tak ubahnya sebujur bangkai karena diam ketika kemuliaan Islam dihinakan di depan mata.

“Jika tidak, kata Buya Hamka, maka tak ubahnya kita sebagai bangkai dan bukan manusia, karena kita tahu ketika agama kita diinjak kita tidak melakukan pembelaan apa pun,” pungkasnya.[] Zainul Krian

 

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *