Data Covid-19 Berbeda Antar Instansi, Pengamat: Ada yang Disembunyikan

Mediaumat.news – Menanggapi adanya perbedaan data pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) antar instansi, Pengamat Kebijakan Publik Erwin Permana menduga pemerintah menyembunyikan data yang sebenarnya. “Penyembunyian data sangat mungkin terjadi di negeri ini,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Kamis (22/7/2021).
Menurutnya, hal ini disebabkan karena negeri ini belum memandang data sebagai aset penting yang harus dijaga. “Sehingga tidak ada upaya serius untuk menjaga data terutama oleh tangan kekuasaan,” ujarnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Lebih Tinggi dari Data, Pakar Biologi Molekuler: Saya Tidak Kaget
Erwin menilai, seringkali kebocoran data yang kadang menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, semisal kebocoran data pengguna BPJS yang menurut ahli kerugian negara bisa mencapai 600 triliyun. “Sebelumnya ada kebocoran data pengguna Bukalapak, Tokopedia, pengguna kartu kredit, Data KPU dan sekarang data Covid-19,” ungkapnya.
Menurutnya, jika data tidak akurat maka akan berdampak pada kesalahan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan yang akan berimplikasi pada biaya, waktu, tenaga dan pikiran. “Jika negara tidak memiliki data yang akurat maka dapat dibayangkan betapa besar kerugian yang akan timbul,” tandasnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, mustahil negara tersebut dapat melangkah jauh ke depan jika posisi saat ini saja dia tidak mengetahui dengan data yang akurat. “Negara yang baik akan memelihara data sebagai aset utama sebagai dasar untuk mengambil berbagai kebijakan strategis. Kecuali kalau yang mengurus negara adalah para mafia yang memang mencari kesempatan dalam situasi database yang buruk,” pungkas Erwin. [] Achmad Mu’it